Menguak Sejarah Upacara Adat Tabuik: Jejak Syiah di Ranah Minang!

Jumat 16-05-2025,20:29 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Di tengah semarak budaya Minangkabau yang mayoritas bermazhab Sunni, terdapat satu tradisi unik dan penuh makna yang justru berasal dari sejarah Islam Syiah: Upacara Adat Tabuik.

Upacara ini digelar setiap tanggal 10 Muharram di Kota Pariaman, Sumatera Barat, sebagai bentuk penghormatan atas gugurnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam Perang Karbala.

Tradisi ini telah hidup dan lestari selama lebih dari satu abad, menjadi simbol perpaduan budaya lokal dan pengaruh luar yang berakulturasi dalam harmoni.

Asal-Usul dan Latar Belakang

BACA JUGA:Perang Batak Si Singamangaraja Melawan Gempuran Kolonial Sampai Titik Darah Terakhir

Tradisi ini dibawa oleh tentara India Muslim yang berasal dari wilayah Madras (kini Chennai) dan Gujarat, yang bermazhab Syiah dan pernah menjadi bagian dari pasukan kolonial Inggris di wilayah Sumatera pada abad ke-19.

Para prajurit ini menetap di Pariaman dan membawa serta budaya Muharram, yakni tradisi memperingati duka atas wafatnya Husein bin Ali dalam tragedi Karbala tahun 680 Masehi.

Meskipun berbeda dari mayoritas masyarakat Minang yang menganut ajaran Sunni, ritual ini diterima secara terbuka dan diadaptasi ke dalam budaya lokal hingga menjadi peristiwa budaya tahunan yang meriah.

Proses dan Rangkaian Upacara

BACA JUGA:Sejarah Benteng Ferangi: Warisan Portugis di Ambon yang Menjadi Saksi Perebutan Rempah dan Kekuasaan!

Upacara Tabuik biasanya berlangsung selama 10 hari, dimulai sejak 1 Muharram dan berpuncak pada 10 Muharram (Hari Asyura).

Prosesi ini melibatkan dua kelompok utama masyarakat, yakni Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang, yang mewakili dua kawasan di Kota Pariaman.

Kedua kelompok ini secara terpisah membangun replika Tabuik raksasa yang tingginya bisa mencapai 12 meter.

Rangkaian kegiatan selama prosesi antara lain:

Mengarak Jari-jari dan Taluak Bala: Melambangkan perjalanan arwah Imam Husein.

Kategori :