Menelusuri Suku Bajo dan Ritual Laut: Kearifan Bahari dalam Harmoni Manusia dan Alam!

Senin 05-05-2025,15:30 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Di sudut-sudut Nusantara, terdapat masyarakat maritim yang menyimpan tradisi unik dan mendalam terhadap laut.

Dikenal sebagai "manusia laut", kehidupan Suku Bajo tidak bisa dilepaskan dari samudra yang mereka anggap sebagai rumah, sumber penghidupan, dan bagian dari identitas spiritual mereka.

Salah satu aspek paling menarik dari budaya mereka adalah ritual laut, yang mencerminkan hubungan sakral antara manusia dan alam.

Asal Usul dan Identitas Suku Bajo

BACA JUGA:Sejarah Gua Telapak Tangan Sangkulirang: Warisan Prasejarah di Kalimantan Timur!

Suku Bajo dipercaya berasal dari wilayah Filipina Selatan, yang kemudian bermigrasi ke Indonesia ratusan tahun lalu.

Bahasa mereka memiliki kemiripan dengan bahasa Sama-Bajau di Filipina dan Malaysia, menunjukkan akar budaya yang sama.

Meski kini banyak dari mereka telah menetap di daratan, identitas maritim mereka tetap kuat.

Laut bukan sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga ruang spiritual yang dijaga dengan nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.

BACA JUGA:Indonesia Hampir Terpecah Ini Sejarah Kelam Republik Serikat yang Jarang Dibahas

Ritual Laut: Menghormati Penjaga Samudra

Salah satu praktik budaya paling menonjol dari Suku Bajo adalah ritual laut yang dilakukan secara berkala, terutama pada saat-saat penting seperti awal musim melaut, setelah panen laut besar, atau saat terjadi bencana laut.

Ritual ini biasanya disebut "Bose-bose Laut" atau dalam beberapa komunitas dikenal sebagai "Mappanretasi", tergantung pada daerah dan dialek masing-masing.

Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan, mengungkapkan rasa syukur, dan meminta izin kepada roh-roh penjaga laut.

BACA JUGA:Terungkap Sumpah Pemuda Bukan Sekadar Ikrar, Tapi Ledakan Semangat Nasionalisme

Kategori :