Menyikapi Sejarah Candi Banyunibo: Jejak Keagungan Agama Buddha di Tanah Jawa!

Sabtu 03-05-2025,22:30 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Di antara hamparan sawah dan perbukitan hijau di Desa Cepit, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, berdiri sebuah candi mungil namun penuh makna sejarah: Candi Banyunibo.

Nama “Banyunibo” berasal dari bahasa Jawa yang berarti air yang menetes, menciptakan kesan mistis sekaligus damai yang menyelimuti tempat ini.

Meski tidak setenar Candi Borobudur atau Prambanan, Banyunibo memegang peran penting dalam menggambarkan keragaman dan kemajuan budaya Jawa Kuno.

Terutama pada masa berkembangnya agama Buddha di Nusantara.

Latar Belakang dan Penemuan

BACA JUGA:Sejarah Berdarah Inilah Jejak Kelam Westerling yang Masih Membekas di Sulawesi

Candi Banyunibo diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi, pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra.

Dinasti ini dikenal sebagai pelindung dan penyokong utama agama Buddha Mahayana di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Penemuan Candi Banyunibo pertama kali tercatat pada awal abad ke-20 ketika para arkeolog kolonial Belanda mulai melakukan pemetaan dan pencatatan situs-situs purbakala di wilayah Jawa.

Kala itu, candi ini dalam kondisi runtuh dan sebagian besar tertimbun tanah serta vegetasi.

BACA JUGA:Jejak Kelam Perjanjian Giyanti Saat Saudara Jadi Musuh demi Kekuasaan

Rekonstruksi candi baru selesai pada tahun 1978 setelah dilakukan pemugaran oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.

Proses pemugaran ini dilakukan dengan cermat menggunakan metode anastilosis, yaitu teknik menyusun kembali bangunan kuno dari bagian-bagian asli yang ditemukan di lokasi.

Arsitektur dan Simbolisme

Secara ukuran, Candi Banyunibo tergolong kecil dibandingkan candi-candi lain di sekitarnya. Namun, arsitekturnya mencerminkan keselarasan antara estetika dan spiritualitas.

Kategori :