Qualcomm dengan Snapdragon-nya, Apple dengan seri A dan M, MediaTek yang terus mengejar ketinggalan, hingga Samsung dengan Exynos.
Mereka berlomba-lomba membuat chipset yang lebih kecil, lebih kuat, lebih hemat energi, dan lebih pintar.
Bahkan Apple kini mengembangkan chip berbasis ARM untuk Macbook mereka, menandai era baru di mana chipset tidak hanya mendukung smartphone, tapi juga menjadi tulang punggung laptop dan desktop generasi mendatang.
BACA JUGA:Saat Bung Karno Mengguncang Dunia, Konferensi Asia Afrika yang Mengubah Sejarah
Tren ke depan menunjukkan bahwa chipset akan terus mengecil, namun kemampuannya bertambah besar.
Kita akan melihat perangkat yang lebih tipis, lebih ringan, tapi punya kemampuan komputasi yang luar biasa.
Selain itu, dengan berkembangnya teknologi seperti quantum computing dan neuromorphic chips (chipset yang meniru kerja otak manusia), dunia chipset akan memasuki babak baru yang lebih futuristik.
Chipset mungkin kecil, bahkan nyaris tak terlihat oleh mata awam.
BACA JUGA:Masa Penjajahan VOC yang Terlupa,Jejak Luka dalam Senyap Sejarah
Tapi tanpanya, semua teknologi modern akan lumpuh. Sekecil itu, sepenting itu.
Dan perkembangan chipset tidak hanya soal membuat gadget lebih canggih, tapi juga soal mengubah cara kita hidup, berkomunikasi, bekerja, bahkan bermimpi. Dunia yang semakin pintar ini, tak lepas dari peran sang pahlawan kecil, chipset.