Gunung Lawu! Titik Temu Budaya, Religi, dan Fenomena Tak Terjelaskan

Minggu 20-04-2025,19:11 WIB
Reporter : Meydia
Editor : Almi

Beberapa cerita menyebutkan adanya "makam gaib" Prabu Brawijaya di puncak Lawu, meskipun tidak ada bukti fisik keberadaan makam tersebut. Dalam tradisi Jawa, hal-hal seperti ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh leluhur yang diyakini telah mencapai kesempurnaan spiritual.

Misteri Pasar Setan dan Suara Gamelan di Malam Hari

Gunung Lawu juga terkenal karena kisah-kisah mistis yang terus diceritakan turun-temurun. Salah satu legenda paling terkenal adalah tentang Pasar Setan, pasar tak kasat mata yang konon berada di jalur pendakian menuju puncak.

BACA JUGA:Yuk Simak! Mengungkap Makna Tari Kecak Ritual, Sejarah, dan Seni Bali

BACA JUGA:Sejarah Misteri Ranu Kumbolo: Pesona dan Cerita di Balik Danau Mistis Semeru!

Pendaki yang mengalami kejadian ini mengaku tiba-tiba mendengar suara ramai seperti pasar, ada yang mendengar orang tertawa, bertransaksi, bahkan suara kentongan. Jika seseorang mengalami kejadian ini, biasanya disarankan untuk melempar koin atau makanan sebagai bentuk "bayaran" agar diperbolehkan lewat.

Selain itu banyak pendaki mengaku pernah mendengar suara gamelan Jawa yang samar di tengah malam, padahal tidak ada orang lain di sekitar. Suara itu kadang diikuti aroma bunga melati atau dupa, yang diyakini sebagai tanda kehadiran makhluk halus atau roh leluhur.

Fenomena-fenomena ini memang sulit dijelaskan secara logis, namun bagi masyarakat sekitar, itu adalah bagian dari kehidupan spiritual yang hidup berdampingan dengan alam.

Pantangan dan Etika Tak Tertulis

BACA JUGA:Tarian Jaipong, Ini dia Sejarah Tarian Tradisional Dengan Sentuhan Modern

BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Danau Sentani: Antara Keindahan Alam, Legenda, dan Jejak Peradaban Tua!

Para pendaki yang akan naik ke Gunung Lawu sering diingatkan untuk menjaga etika dan tidak berkata sembarangan selama perjalanan. Beberapa pantangan yang dikenal luas antara lain:

Tidak berbicara kasar atau sombong.

Tidak membawa makanan yang dianggap "panas", seperti daging sapi.

Tidak mengambil atau merusak tanaman dan batu di jalur pendakian.

Tidak memakai pakaian berwarna merah mencolok (menurut beberapa keyakinan).

Kategori :