Jejak Kejayaan Ternate dan Tidore: Warisan Kesultanan di Jalur Rempah Nusantara

Jumat 18-04-2025,12:56 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Konflik lokal pun meluas menjadi bagian dari perebutan pengaruh global antara dua kekuatan Eropa tersebut.

Perjuangan Ternate Melawan Penjajahan

Salah satu figur paling disegani dalam sejarah Ternate adalah Sultan Baabullah Datu Syah (1570–1583).

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Papandayan: Antara Letusan Dahsyat dan Warisan Alam!

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Lawu: Gunung Sakral di Perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur!

Setelah ayahnya, Sultan Khairun, terbunuh oleh Portugis, Baabullah bangkit dan memimpin perjuangan yang berhasil mengusir Portugis dari wilayah Ternate pada tahun 1575.

Ia kemudian memperluas kekuasaan hingga mencakup sebagian besar Maluku, Sulawesi, bahkan Filipina selatan.

Namun, dominasi Ternate perlahan melemah ketika Belanda datang dan menerapkan strategi politik adu domba, memperlemah kekuatan lokal melalui perjanjian-perjanjian yang mengekang otoritas kesultanan.

Tidore: Strategi Diplomasi dan Perlawanan

Berbeda dengan Ternate yang lebih agresif secara militer, Tidore menonjol dalam strategi diplomasi.

Salah satu tokoh pentingnya adalah Sultan Nuku (1738–1805), yang dikenal atas perlawanan gigihnya terhadap dominasi Belanda.

BACA JUGA:Sejarah Hotel PI – Puncak: Sisa Kemegahan yang Membeku dalam Waktu!

BACA JUGA:Sejarah Misteri Taman Rekreasi Bedugul: Jejak Masa Lalu yang Terlupakan di Bali!

Dengan dukungan Inggris, ia berhasil memimpin perjuangan bersenjata dan sempat mengembalikan kedaulatan Tidore di akhir abad ke-18.

Atas kontribusinya, Sultan Nuku diakui sebagai pahlawan nasional Indonesia, simbol keteguhan dalam mempertahankan kemerdekaan wilayahnya.

Jejak Warisan dan Identitas Budaya

Kategori :