PAGARALAMPOS.COM - Kedua kerajaan ini tak hanya penting dalam sejarah Maluku, tetapi juga memiliki pengaruh besar dalam peta politik global, terutama saat bangsa-bangsa Eropa mulai menjelajahi dan menjajah Asia Tenggara.
Perjalanan keduanya sarat akan dinamika, mulai dari persaingan dagang hingga perlawanan terhadap kekuatan kolonial.
Awal Mula Berdirinya Dua Kesultanan
Kesultanan Ternate dan Tidore mulai muncul sekitar abad ke-13 dan 14 di Kepulauan Maluku, yang dikenal luas sebagai “Kepulauan Rempah” karena kekayaan alam berupa pala dan cengkeh yang menjadi incaran bangsa-bangsa asing.
BACA JUGA:Sejarah Hotel PI – Puncak: Sisa Kemegahan yang Membeku dalam Waktu!
BACA JUGA:Sejarah Misteri Taman Rekreasi Bedugul: Jejak Masa Lalu yang Terlupakan di Bali!
Awalnya berupa komunitas kecil yang dipimpin tokoh adat, kedua kerajaan ini tumbuh seiring masuknya agama Islam dan meningkatnya aktivitas perdagangan.
Ternate lebih dulu mengadopsi sistem kesultanan, ditandai dengan naik tahtanya Baabullah Marhum sebagai Sultan pertama pada tahun 1486.
Sementara Tidore menyusul pada awal abad ke-16, saat rajanya Ciri Leliatu memeluk Islam dan menjadi Sultan pertama di sana.
Rivalitas Dua Kerajaan Maritim
Letak geografis yang berdekatan membuat hubungan antara Ternate dan Tidore kerap pasang-surut. Keduanya bersaing dalam memperebutkan dominasi atas perdagangan rempah-rempah.
BACA JUGA:Bagaimana Corak Agama yang Dianut di Kerajaan Tarumanegara? Simak Sejarah Lengkapnya!
BACA JUGA:Sejarah Raja Mataram Kuno Tinggalkan 45 Prasasti Selama Masa Pemerintahannya!
Persaingan ini semakin kompleks dengan hadirnya bangsa Eropa—Portugis, Spanyol, dan Belanda—yang ikut campur dalam urusan politik lokal.
Portugis menjalin aliansi dengan Ternate dan membangun benteng pertahanan, sementara Spanyol merapat ke Tidore untuk menyeimbangkan kekuatan.