Kalamba tinggi biasanya dipasangkan dengan yang lebih pendek dan tersebar hingga 75 meter dari pintu masuk situs.
Arkeolog menduga bahwa kalamba berpola digunakan untuk menyimpan tulang, sementara yang polos berfungsi sebagai tempat mandi bagi bangsawan, sesuai dengan legenda masyarakat setempat.
Kekayaan Artefak Megalitik
Selain kalamba, ditemukan pula arca batu, meja altar, lumpang batu, batu bergores, dan gerabah kubur.
BACA JUGA:Menilik Kisah Sejarah Menara Kudus, yang Memiliki Arsitektur Unik dari Menara!
BACA JUGA:Sejarah Situ Bagendit: Kisah Misteri Legenda di Balik Danau, dan Memiliki Pemandangan Alam Memesona!
Total, ada 27 kalamba dari 113 artefak yang berhasil ditemukan, menunjukkan kekayaan budaya yang luar biasa.
Penelitian Badan Arkeologi Manado memperkirakan artefak ini berusia sekitar 2.500 tahun SM. Menurut Von Heine Geldern (1945), tradisi megalitik di Indonesia terbagi menjadi dua periode: megalitik tua (2.500–1.500 SM) dan megalitik muda (1.500 SM–abad ke-1 M).
Situs Pokekea diyakini mencakup peninggalan dari kedua periode ini.
Upaya Pelestarian dan Harapan Mendunia
Kepala BRIDA Sulawesi Tengah, Faridah Lamarauna, menekankan pentingnya riset lanjutan untuk mengungkap lebih banyak fakta tentang situs ini.
Dengan pemetaan yang mendalam, diharapkan situs megalitik Sulawesi Tengah dapat diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
BACA JUGA:5 Peradaban Tertua di Dunia yang Berpengaruh terhadap Sejarah Manusia di Indonesia!
BACA JUGA:Jejak Sejarah Manusia Purbakala: Penemuan Fosil dan Artefak Manusia Purbakala!
Walaupun Gunung Padang dikenal luas sebagai salah satu situs megalitik tertua di Indonesia, keberadaan Pokekea membuktikan bahwa masih banyak kekayaan sejarah Nusantara yang belum sepenuhnya terungkap.
Pelestarian situs-situs ini bukan hanya penting untuk ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi generasi mendatang.