Khitan Tanpa Bius di Suku Sabiny: Mengapa Ini Harus Dilakukan? Simak Penjelasannya!

Minggu 08-12-2024,02:30 WIB
Reporter : Gelang
Editor : Almi

Proses khitanan bagi wanita Sabiny adalah hal yang sangat serius dan penuh dengan makna.

Tradisi ini biasanya dilakukan oleh seorang perempuan tua atau dukun yang memiliki pengalaman dalam melaksanakan khitan.

Yang menarik dari tradisi ini adalah tidak ada penggunaan obat bius atau anestesi.

Para perempuan yang menjalani khitan harus menghadapinya tanpa adanya penghilang rasa sakit, menjadikannya sebuah pengalaman yang sangat traumatis dan menantang fisik mereka.

BACA JUGA:Peradaban Suku Maya. Peninggalan Sejarah Terbesar Dunia

Pada umumnya, proses dimulai dengan ritual-ritual tertentu yang melibatkan doa atau penyampaian pesan-pesan moral dari orang-orang tua.

Saat khitan dimulai, wanita Sabiny akan dibaringkan dan bagian genital mereka akan disunat menggunakan pisau yang tajam.

Biasanya, alat yang digunakan tidak dijaga kebersihannya, yang berisiko menularkan infeksi.

Khitan ini dilakukan secara terbuka di hadapan keluarga dan masyarakat, sehingga menjadi ajang pembuktian keberanian bagi wanita yang menjalani proses tersebut.

BACA JUGA:7 Ulama yang Terkenal Perjuangannya dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Meskipun tradisi ini dianggap sebagai langkah menuju kedewasaan, proses khitan ini bisa sangat menyakitkan.

Wanita yang dikhitan tidak hanya mengalami rasa sakit fisik yang luar biasa, tetapi juga harus menghadapi trauma psikologis akibat tekanan sosial dan emosional yang besar.

Banyak yang harus berjuang untuk melanjutkan kehidupan mereka setelah menjalani khitan, baik secara fisik maupun mental.

BACA JUGA:Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Tonggak Sejarah Persatuan dalam Perjuangan Bangsa

Kontroversi dan Upaya Penghentian

Pemerintah Uganda dan berbagai organisasi internasional telah berusaha untuk menghentikan praktik khitan wanita Sabiny.

Kategori :