Merawat Warisan Leluhur: Kisah Perjuangan Suku Sekak dalam Melestarikan Budaya

Sabtu 23-11-2024,06:57 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Beberapa lahan yang sebelumnya dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan kini telah dijual dan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit.  

Walaupun telah beradaptasi dengan berbagai perubahan, keinginan untuk kembali melaut tetap kuat di hati masyarakat Sekak.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah dan Keistimewaan Kopi Kuning dari Arab Saudi

BACA JUGA:Kopi Kuning Arab Saudi: Keunikan Rasa dan Cerita Sejarah di Baliknya

Bagi mereka, profesi sebagai nelayan bukan sekadar pekerjaan, melainkan warisan identitas yang telah bertahan selama berabad-abad.  

 Ancaman terhadap Kelestarian Budaya  

Tidak hanya jumlah populasi yang semakin menurun, budaya dan bahasa Suku Sekak pun berada di ambang kepunahan.

Generasi muda semakin sedikit yang mengenal adat istiadat serta bahasa asli mereka.

Bahasa Sekak bahkan hampir sepenuhnya hilang di kalangan anak-anak muda.  

BACA JUGA:Kopi Kuning Arab Saudi: Keunikan Rasa dan Cerita Sejarah di Baliknya

BACA JUGA:Mengenal Jumputan Palembang: Sejarah, Budaya, dan Upaya Pelestariannya

Saat ini, populasi asli Suku Sekak diperkirakan hanya mencapai sekitar 120 keluarga.

Mereka tersebar di beberapa lokasi di Bangka, seperti Kuto Panji, Jeb Laut, Kudinpar, Lepar, dan Pongok, serta di Belitung, seperti Jul Seberang, Kampung Baru, dan Gantung.  

 Upaya Pelestarian dan Masa Depan Suku Sekak  

Untuk menjaga keberadaan Suku Sekak, diperlukan upaya pelestarian budaya yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, dan organisasi non-pemerintah.

BACA JUGA:Kekayaan Sejarah Pasemah Dibalik Historis Megalitikum Yang tak Terwariskan

Kategori :