Mengenal Kesultanan Sambaliung: Pusat Perdagangan dan Penyebaran Islam di Kalimantan

Senin 21-10-2024,02:30 WIB
Reporter : Gelang
Editor : Almi

Pemerintahan dan Sistem Sosial

Kesultanan Sambaliung menerapkan sistem pemerintahan monarki, dengan Sultan sebagai pemimpin tertinggi.

BACA JUGA:Menyelami Sejarah Kerajaan Melayu: Dari Sriwijaya hingga Malaka

Sultan dibantu oleh para pembesar dan pejabat yang mengurus berbagai urusan pemerintahan.

Di samping itu, kesultanan ini juga memiliki struktur sosial yang kompleks, di mana masyarakat dibagi ke dalam berbagai lapisan berdasarkan status sosial dan ekonomi.

Masyarakat Sambaliung pada umumnya menjalankan kehidupan sehari-hari sebagai petani, nelayan, dan pedagang.

Tradisi dan budaya lokal terus dipelihara, meskipun banyak pengaruh asing yang masuk.

BACA JUGA:Bagaimana Cara Mengkilapkan Body Motor yang Efektif? Ini 5 Langkah Mudahnya!

Upacara adat, seni, dan kerajinan tangan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat di kesultanan ini.

Kemunduran dan Warisan Budaya

Namun, seiring berjalannya waktu, Kesultanan Sambaliung mengalami kemunduran.

Faktor-faktor seperti perebutan kekuasaan di antara keluarga kerajaan, invasi dari pihak luar, serta perubahan politik yang terjadi di Indonesia menyebabkan kesultanan ini kehilangan kekuatan dan pengaruhnya.

Pada abad ke-20, Kesultanan Sambaliung secara resmi dibubarkan, dan wilayahnya menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BACA JUGA:Menggali Sejarah Kadipaten Mangkunagaran: Dari Pangeran Sambernyawa hingga Warisan Budaya

Meskipun telah mengalami kemunduran, warisan budaya Kesultanan Sambaliung tetap ada.

Banyak situs sejarah, bangunan tua, dan tradisi yang diwariskan oleh para pendahulu masih dilestarikan hingga kini.

Kategori :