Meskipun Sriwijaya pernah mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 dan 10, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11.
Salah satu faktor penyebab kemunduran Sriwijaya adalah serangan dari kerajaan-kerajaan lain.
BACA JUGA:Gunung Inielika: Mengungkap Sejarah dan Legenda Mistis dalam Kepercayaan Masyarakat Flores
Pada tahun 1025, Sriwijaya diserang oleh Rajendra Chola I dari Kerajaan Chola di India Selatan, yang merusak pelabuhan dan melemahkan kekuatan militer Sriwijaya.
Selain itu, kemunduran perdagangan maritim di Selat Malaka, serta munculnya kerajaan-kerajaan maritim baru seperti Majapahit dan Samudera Pasai, juga turut mempercepat jatuhnya Sriwijaya.
Akhirnya, pada abad ke-13, kerajaan ini kehilangan pengaruhnya dan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasainya beralih ke tangan kerajaan lain.
Warisan Kerajaan Sriwijaya
Meskipun Kerajaan Sriwijaya telah lama runtuh, warisan kebudayaannya masih terasa hingga hari ini.
BACA JUGA:Misteri dan Sejarah Pegunungan Schwaner: Antara Ilmu Pengetahuan dan Kepercayaan Lokal
Peninggalan arkeologis seperti prasasti, candi, dan artefak memperlihatkan kekayaan budaya serta pengaruh Sriwijaya dalam penyebaran agama Buddha di Nusantara.
Di Palembang, sebagai bekas pusat kerajaan, jejak kejayaan Sriwijaya menjadi bagian penting dari identitas sejarah kota tersebut.
Sriwijaya tidak hanya dikenang sebagai kerajaan maritim yang kuat, tetapi juga sebagai salah satu tonggak penting dalam perkembangan sejarah dan budaya Nusantara.
Kekayaan, kekuasaan, serta kemampuannya mengendalikan jalur perdagangan laut menjadikannya salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Asia Tenggara.