Pedagang dari berbagai wilayah, seperti Tiongkok, India, dan Timur Tengah, sering singgah di pelabuhan Sriwijaya untuk berdagang.
BACA JUGA:Misteri dan Sejarah Nama Puncak Mandala, Simbol Perjuangan Papua
Komoditas seperti rempah-rempah, emas, gading, dan barang-barang berharga lainnya diperdagangkan secara besar-besaran.
Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya memiliki angkatan laut yang kuat untuk melindungi kepentingannya di laut.
Angkatan laut ini digunakan untuk menjaga keamanan jalur perdagangan serta menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya, yang kemudian dijadikan bawahan Sriwijaya.
Penguasaan wilayah yang luas di Nusantara memungkinkan Sriwijaya untuk memonopoli perdagangan di kawasan tersebut dan meningkatkan kekayaan kerajaan.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dan Misteri Puncak Trikora, Gunung Sakral di Papua
Pengaruh Agama Buddha
Salah satu aspek penting dari Kerajaan Sriwijaya adalah perannya sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
Agama Buddha Mahayana berkembang pesat di Sriwijaya, yang menjadi tempat belajar para biksu dan sarjana dari berbagai wilayah.
Biksu I-Tsing mencatat bahwa Sriwijaya memiliki banyak biara dan biksu yang terlibat dalam pembelajaran dan penyebaran ajaran Buddha.
Selain itu, kerajaan ini membangun hubungan dengan kerajaan-kerajaan Buddha lainnya di India dan Asia Timur, sehingga menjadi jembatan penyebaran agama Buddha di wilayah Asia Tenggara.
BACA JUGA:Puncak Carstensz Pyramid: Sejarah Nama dan Misteri yang Menyelimuti Gunung Tertinggi di Indonesia
Pengaruh budaya dan agama Sriwijaya tidak hanya terbatas pada wilayah Sumatra, tetapi juga meluas ke Jawa, Semenanjung Malaya, dan bahkan ke Thailand Selatan dan Kamboja.
Peninggalan arkeologis berupa candi dan prasasti yang ditemukan di berbagai wilayah menunjukkan luasnya jaringan kekuasaan Sriwijaya.
Kemunduran Kerajaan Sriwijaya