Mewarisi Sejarah: Pemimpin Kota Pagar Alam di Era Kolonial Belanda

Kamis 10-10-2024,20:57 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM  – Selama masa penjajahan, pemerintah Hindia Belanda mengintegrasikan wilayah Besemah, termasuk Pagar Alam, ke dalam onderafdeeling Pasoemah Landen.

Hal ini mengakibatkan penunjukan seorang pejabat Belanda sebagai pemimpin daerah tersebut.

Menurut peneliti sejarah dan budaya Besemah, Aryo Arung Binang, pemerintah Hindia Belanda menghapus status Kesultanan Palembang dan menggantinya dengan wilayah administratif yang dikenal sebagai Keresidenan Palembang.

Penggantian ini berimbas pada kekuasaan yang sebelumnya dimiliki oleh wilayah eks Kesultanan Palembang.

Aryo menjelaskan bahwa Keresidenan Palembang dibagi menjadi beberapa afdeeling, dengan ibu kota Palembang tetap tidak terpengaruh.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah dan Misteri Gunung Parahu: Antara Mitos dan Fenomena Alam

BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dan Misteri Gunung Midangan di Jawa Timur

Setiap afdeeling dipimpin oleh seorang asisten residen, dan masing-masing terdiri dari onderafdeeling yang dikepalai oleh seorang kontroler, jabatan yang khusus dipegang oleh pejabat Belanda.

Ia menambahkan bahwa jabatan-jabatan seperti gubernur, residen, asisten residen, dan kontroler harus diisi oleh orang Belanda, sedangkan pribumi hanya diizinkan menduduki jabatan yang lebih rendah.

Di setiap onderafdeeling terdapat marga-marga, yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala marga (pasirah).

Pagar Alam saat itu termasuk dalam onderafdeeling Pasoemah-Landen, yang terdiri dari sepuluh marga. Menurut Aryo, yang mengutip dari Staatsblad van Nedherlandsch-Indie, daftar marga tersebut mencakup Soembai Besar, Soembai Penjalang, Soembai Mangkoe Anom, dan lainnya.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah dan Misteri Pegunungan Kendeng: Dari Asal Usul Nama hingga Legenda

BACA JUGA:Menggali Sejarah dan Misteri Gunung Gajah: Di Balik Nama yang Memikat

Dalam sebuah wawancara, anggota Lembaga Adat Besemah, Satarudin Tjik Olah, menjelaskan bahwa sistem pemerintahan marga sudah ada sebelum kedatangan Belanda. Namun, setelah kedatangan Belanda, pasirah harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada kontroler.

Meski berada di bawah kendali Belanda, Satar menekankan bahwa masyarakat lokal masih dapat menjalankan tradisi dan kepercayaan mereka.

Kategori :