Dilan Pindah ke Bandung
Ia dan keluarganya hanya tinggal di Timor Leste selama 1,5 tahun. Ia kemudian pindah ke Bandung dan bersekolah di sekolahnya dulu.
Suatu hari, saat ia berangkat sekolah, ia bertemu dengan seorang gadis cantik. Gadis asal Semarang dari etnis Tionghoa itu bernama Mei Lien.
Pertemuannya dengan Mei Lien, membuatnya ingin mencoba hal baru. Ia mulai tertarik dengan bahasa Mandarin dan ingin mempelajarinya.
Ketertarikannya dengan bahasa Mandarin membuat anggota keluarganya terheran-heran. Seiring berjalannya waktu, kedua remaja itu terjebak cinta monyet.
Demi memikat pujaan hatinya, ia seringkali mengungkapkan kata-kata gombalnya. Selain itu, ia juga belajar bagaimana memperlakukan gadis yang ia sukai.
BACA JUGA:Sinopsis Shaitaan, Film Horor India yang Trending di Netflix
Film Garapan Pidi Baiq
Dilan 1983: Wo Ai Ni merupakan film arahan sutradara Pidi Baiq. Sebelumnya, ia sempat terlibat dalam produksi film Koboy Kampus yang tayang 2019 lalu.
Tidak sendiri, Pidi Baiq menjadi sutradara bersama Fajar Bustomi. Ia turut menjadi penulis skenario bersama Alim Sudio.
Selaku sang sutradara, Pidi Baiq menegaskan jika film ini tidak mengangkat cerita pacaran anak Sekolah Dasar. Akan tetapi, hanya cinta monyet dan sekedar rasa suka.
Menurutnya, perasaan semacam ini adalah hal yang wajar dan semua orang dapat mengalaminya. Dalam film garapannya ini pula, ia juga menggambarkan kisah persahabatan.
BACA JUGA:Film Saat Menghadap Tuhan, Kisah Para Remaja yang Menyimpan Banyak Trauma
Di tengah-tengah penayangannya, Dilan 1983: Wo Ai Ni mendapatkan sejumlah kecaman. Tak sedikit yang berpendapat jika film tersebut tidak sesuai dengan sejarah. Hal ini karena setting waktu dan latar tempatnya.
Pada masa itu, orang-orang Tionghoa tidak memiliki kebebasan untuk menggunakan nama asli mereka. Apalagi, saat itu masih berada di pemerintahan Orde Baru.
Terkait tudingan tersebut, Pidi Baiq memberikan pernyataannya bahwa semua itu hanyalah prasangka masyarakat Indonesia dan belum tentu kebenarannya.