BACA JUGA:Peringatan dari Analis Kripto: Potensi Penurunan Harga Bitcoin di Tengah Volatilitas Pasar
Prediksi Resesi Global dan Dampaknya pada Bitcoin
Di samping faktor-faktor tersebut, kekhawatiran tentang risiko resesi global juga turut menambah tekanan pada harga Bitcoin.
Banyak analis memprediksi bahwa harga Bitcoin akan sulit untuk menembus level US$ 63.000, yang telah menjadi batas atas sepanjang bulan Agustus ini.
Kondisi ekonomi global yang tidak menentu menjadi salah satu alasan utama mengapa harga Bitcoin tetap berada di bawah tekanan.
Prediksi resesi global semakin diperkuat oleh laporan terbaru dari Goldman Sachs.
BACA JUGA:Negara Inii Mendadak Kaya, Berkat Bitcoin Kok Bisa
Dalam laporan tersebut, Goldman Sachs menurunkan perkiraan terjadinya resesi di Amerika Serikat dari 25 persen menjadi 20 persen.
Penurunan perkiraan ini didorong oleh data klaim pengangguran dan penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan, yang menunjukkan bahwa ekonomi AS masih berada dalam kondisi yang relatif stabil.
Namun, Goldman Sachs juga mencatat bahwa data ekonomi yang positif ini bisa menjadi acuan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga pada bulan September mendatang.
Keputusan ini akan sangat berdampak pada pasar, termasuk pasar Bitcoin, karena perubahan suku bunga The Fed selalu menjadi salah satu faktor yang sangat diperhatikan oleh para investor.
BACA JUGA:4 Aplikasi Terbaik untuk Menghasilkan Bitcoin: Peluang Baru di Era Digital
Sementara itu, perkembangan positif terjadi di sisi lain dunia, dengan adanya kesepakatan antara Departemen Keuangan AS dan Bank Sentral China pada 19 Agustus.
Kesepakatan ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas keuangan, yang meredakan kekhawatiran akan kemungkinan jatuhnya pasar saham global.
Dampak positif dari kesepakatan ini dirasakan oleh aset-aset tradisional, namun Bitcoin belum mampu menikmati dampak positif ini.
Kekhawatiran Tentang ETF Bitcoin dan Profitabilitas Penambang