Mereka dikenal sebagai "juru seberang" yang menguasai seluk-beluk perairan setempat, memandu kapal-kapal melewati perairan yang penuh tantangan.
BACA JUGA:Apa Saja Suku di Sumatera Selatan dan Bagaimana Mereka Mempertahankan Budayanya? Ini Daftarnya!
Namun, kehidupan tradisional Suku Sekak mulai mengalami perubahan signifikan pada tahun 1973-1974. Sejak itu, sebagian besar komunitas Sekak yang dulunya menetap di laut mulai pindah ke darat, terutama di Desa Baskara Bakti.
Perubahan ini mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari mereka dari kehidupan laut yang menjadi identitas mereka selama berabad-abad.
Pada tahun 2009, larangan untuk melaut semakin memperparah kondisi ini, mengubah pesisir dan laut yang dulunya menjadi sumber penghidupan mereka menjadi lokasi penambangan timah laut.
Perubahan Ekonomi dan Kehidupan Suku Sekak
BACA JUGA:Selain Nikmat dan Lezat! Inilah Sederet Kuliner Khas Suku Besemah yang Wajib Kamu Cicipi
Dengan larangan melaut yang diberlakukan pada tahun 2009, Suku Sekak dipaksa mencari alternatif penghidupan lain.
Sebagian besar dari mereka kini bekerja di penambangan timah rakyat, pekerjaan yang jauh berbeda dari kehidupan mereka yang dahulu erat dengan laut.
Lahan yang sebelumnya diberikan oleh pemerintah untuk perkebunan dan pertanian sebagian besar telah dijual dan kini menjadi perkebunan, seperti perkebunan kelapa sawit.
Namun, meskipun mereka telah beradaptasi dengan kondisi baru ini, banyak di antara mereka yang masih merindukan kehidupan sebagai nelayan, sebuah profesi yang telah menjadi bagian dari identitas mereka selama berabad-abad.
BACA JUGA:Suku Jamee di Aceh: Menelusuri Sejarah dan Keunikan Budaya yang Membuatnya Istimewa
Keinginan untuk kembali melaut masih kuat di hati mereka, meskipun keadaan sekarang membuat hal itu semakin sulit untuk diwujudkan.
Ancaman Kepunahan Budaya Suku Sekak
Keberadaan Suku Sekak kini terancam punah, tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas budaya mereka.
Jumlah populasi mereka terus merosot, dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, semakin sedikit generasi muda Sekak yang memahami adat istiadat dan bahasa mereka sendiri.