Mengenal Keberagaman Budaya Lampung, Pepadun dan Saibatin dari Abad ke-12 Bukti Eksistensi Leluhur

Jumat 19-07-2024,15:01 WIB
Reporter : Jukik
Editor : Almi

Masyarakat adat Pepadun, yang dahulu mendiami daerah pedalaman atau dataran tinggi Lampung, dikenal memiliki sistem kekerabatan patrilineal. 

Mereka tinggal di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih (Pubian). 

Dalam tatanan masyarakat Pepadun, kedudukan adat tertinggi dipegang oleh anak laki-laki tertua, yang disebut Penyimbang. 

Gelar ini sangat dihormati karena berperan penting dalam proses pengambilan keputusan.

BACA JUGA:Menyimpan Cerita Menarik! Inilah 4 Tempat Wisata Sejarah PALI yang Wajib Kamu Kunjungi

“Status kepemimpinan adat ini diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang dan terus berlanjut dalam garis keturunan tersebut,” kata Humaidi. 

Sistem ini memastikan bahwa posisi dan wewenang dalam masyarakat adat Pepadun tetap terjaga dengan baik.

Keunikan dan Perangkat Adat Suku Saibatin

Berbeda dengan Pepadun, masyarakat Saibatin, atau yang sering disebut masyarakat Peminggir, juga menganut sistem kekerabatan patrilineal. 

BACA JUGA:Sebagian Wanita Sparta Punya Dua Suami, Mengupas Kisah Sejarah Yunani Kuno!

Namun, Suku Saibatin memiliki ciri khas dalam perangkat adatnya. 

Salah satu contohnya adalah bentuk siger (mahkota pengantin) yang memiliki tujuh lekuk atau sigokh lekuk pitu.

Ini melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas.

Suku Saibatin tidak mengadopsi sistem yang memungkinkan perubahan status sosial melalui upacara adat seperti pada Pepadun. 

BACA JUGA:Peninggalan Bersejarah Candi Arjuna yang diyakini Miliki Segelintir Kisah Menarik!

Hanya ada satu raja adat dalam setiap generasi kepemimpinan, dan kedudukan adat ini hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan. 

Kategori :