``Studi Perbandingan Taktik Militer Kekaisaran Mongol dan Kerajaan Goguryeo (Koryo)'' diterbitkan dalam jurnal ``Mongol Diaspora'' oleh Jae-hyuk Jang dan Gi-sun Kim.
Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Mongolia Jenghis Khan menggabungkan prajurit dari berbagai suku menjadi pasukan baru untuk mencegah perpecahan dan memperkuat persatuan.
BACA JUGA:Misteri Cangkang Naga, Menelusuri Akar Seni dan Kepercayaan Budaya Hongshan di Inner Mongolia
Tentara Mongol terkenal dengan kavalerinya yang mengesankan. Mereka sulit dikalahkan karena menggunakan berbagai macam taktik yang bisa fleksibel tergantung situasi pertempuran.
Dengan cara ini, Jenghis Khan mampu menciptakan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah.
Salah satu taktik ini adalah badai panah, yang dikatakan dalam berbagai sumber sejarah "membuat musuh hampir mustahil menghindari kekalahan".
Badai Panah Mematikan Mongol
Strategi "Badai Panah" adalah salah satu taktik utama tentara Mongol dalam pertempuran.
BACA JUGA:Dinasti Yuan, Kekaisaran Mongol di Cina dan Hubungan Global
Mereka menjaga jarak aman dari musuh dan menembakkan panahnya sekaligus ke arah yang telah ditentukan, bukan ke orang tertentu.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengacaukan dan mengacaukan formasi musuh.
Hal ini memudahkan tentara Mongol yang misinya menyerang dengan tombak, menangkap dan mengalahkan musuh.
Menurut catatan seorang jenderal Tiongkok bernama Meng Tian ketika tentara Mongol menghadapi musuh.
Mereka segera memperluas formasinya untuk mengepung dan mengisolasi musuh.
BACA JUGA:Inilah Kehebatan Pasukan Jawa, Yang Bikin Mongol takluk, Simak ceritanya!
Formasi pertempuran Mongol tidak sepenuhnya jelas, namun diperkirakan menyerupai formasi awal Yurche (Chin).