Suku Ket, Penduduk Tertua di Asia Utara Terancam Punah

Senin 08-07-2024,22:23 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Gusti

Pada tahun 1920-an, pemerintah Soviet secara resmi melarang perdukunan.

Pemerintah Soviet melarang ritual ini dilakukan di depan umum dan menyita genderang, jubah, dan perlengkapan lainnya.

BACA JUGA:Begini Asal-Usul Suku Bajo, Komon Mendiami Malaysia, Kerabatnya Ada di Filipiina

Perdukunan merasuki hampir setiap aspek kehidupan masyarakat adat. Jelas bahwa situasinya tidak dapat diubah hanya dengan melarang atau menyebarkan propaganda Soviet.

Oleh karena itu, dampak tindakan yang diambil terbatas.

Shamanisme akhirnya menghadapi tantangan serius dengan kolektivisasi dan pemukiman paksa kaum nomaden pada tahun 1930an.

"Pada saat itulah perdukunan mulai dirusak secara serius," tambah Lloyd.

BACA JUGA:Perjalanan Suku Helong: Dari Maluku ke Pulau Timor dalam Warisan Budaya

Meskipun banyak aspek perdukunan yang terus ada dalam budaya asli saat ini, namun cenderung bertahan dalam bentuk yang terfragmentasi.

Sebagian orang Ket tidak mengubah keyakinan agamanya dan terus mempraktikkan perdukunan. Di antara Suku Ket, seseorang dapat menjumpai beberapa jenis dukun.

Ada yang berprofesi sebagai penyembuh, ada pula yang berspesialisasi dalam upacara sakral, misalnya.

BACA JUGA:Jejak Kebiasaan Warisan Leluhur: Mendalami Budaya Suku Simalungun

Ket melihat elang sebagai roh penolong terpenting dukun dalam ritual. Dalam ritual mereka, dukun Koryak di timur laut sering bekerja dengan serigala dan elang serta beruang.

Dukun di Tuva akan meniru seruan serigala jika dia atau dia ingin menakut-nakuti orang.

Meskipun Suku Ket telah dipelajari, kita tidak boleh lupa bahwa hanya ada sedikit individu yang tersisa. Sisa-sisa anggota Suku Ket adalah penduduk tertua di Asia utara.

Semoga sejarah, budaya, dan tradisi masyarakat Ket yang luar biasa ini dapat dilestarikan untuk generasi mendatang. Termasuk bahasa unik mereka.(*)

Kategori :