Suku Ket, Penduduk Tertua di Asia Utara Terancam Punah

Senin 08-07-2024,22:23 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Gusti

PAGARALAMPOS.COM - Saat ini populasi suku Ket kurang dari 1.088 jiwa. Hanya sedikit dari mereka yang merupakan penutur asli yang mengenal Ket. Sisanya berkomunikasi dalam bahasa Rusia.

Suku Ket yang tinggal di lembah Sungai Yenisei adalah suku pemburu-pengumpul nomaden terakhir di Siberia.

Daerah ini telah menjadi rumah bagi berbagai suku dan budaya selama ribuan tahun.

Masyarakat adat seperti masyarakat Kets dan Khanty sebelumnya disebut Ostyaks oleh Kekaisaran Rusia.

BACA JUGA:Kota Kuno Suku Maya Ditemukan di Hutan Meksiko, Begini Analisa Arkeolog

Suku Ket berasal dari suku nelayan dan pemburu di Yenisei taiga, dari daerah dekat Pegunungan Altai. Dipercaya juga bahwa orang Ket berasal dari suatu tempat dekat Danau Baikal.

Karena lokasinya yang terpencil di Rusia utara, sulit bagi orang luar untuk mengetahui sejarah, tradisi, dan budayanya.

Bahasa Kethic yang unik dan terancam punah

Bahasa Kethic tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan rumpun bahasa yang lebih besar.

“Bahasa ini sangat berbeda dengan bahasa Uralik, Turki, dan Tungusik di sekitarnya,” tulis El Lloyd di situs Ancient Pages.

BACA JUGA:Pulau Kanibal di Siberia, Kisah Para Tahanan Dipaksa Memakan Satu Sama Lain

Sayangnya, bahasa ini perlahan menghilang dan mungkin akan segera hilang.

Edward Vaja, profesor linguistik di Universitas Kentucky, menjelaskan, ``Orang Kett adalah nenek moyang suku Na Dene dan Athabascan di Amerika.''

Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang menerima kehormatan itu. Kunjungi suku Ket, tinggal bersama mereka, dan pelajari budaya mereka.

Keto tidak mirip dengan bahasa Siberia lainnya. Selama berabad-abad, masyarakat Kett terpaksa berpindah berkali-kali. Hal ini menyebabkan hilangnya bahasa dan budaya mereka.

Kategori :