Menyusul kekalahan ini, Mark Antony bunuh diri dengan menjatuhkan pedangnya, percaya bahwa Cleopatra sudah mati.
Cleopatra, pada gilirannya, mengambil nyawanya sendiri dengan diduga membiarkan ular berbisa, menggigitnya.
Kematian Cleopatra menandai berakhirnya dinasti Ptolemeus dan awal kekuasaan Romawi di Mesir.
Saat mencoba menemukan siapa Cleopatra yang 'asli', ada beberapa masalah yang muncul dengan sumber utama yang bertahan.
Masalah-masalah ini membuatnya sulit untuk melukiskan gambaran yang akurat dan tidak memihak tentang kehidupan dan karakternya.
Ada sangat sedikit sumber primer yang bertahan dari zaman Cleopatra sendiri yang memberikan informasi langsung tentang kehidupan dan pemerintahannya.
Banyak catatan kontemporer telah hilang, hanya menyisakan fragmen, kutipan, dan referensi dalam karya-karya selanjutnya.
Kelangkaan sumber ini membatasi pemahaman kita tentang perspektif dan pengalaman Cleopatra.
Para penulis yang selamat ditulis oleh musuh-musuhnya atau oleh sejarawan Romawi yang hidup beberapa dekade setelah kematiannya.
Kisah-kisah ini, seperti yang dibuat oleh Plutarch, Cassius Dio, dan Suetonius, sering menggambarkan Cleopatra secara negatif, menekankan kualitasnya yang menggoda dan manipulatif untuk melayani agenda politik mereka sendiri.
Akibatnya, sumber-sumber tersebut cenderung menyajikan pandangan sepihak dan bias tentang karakternya.
Masalah-masalah dengan sumber-sumber utama yang bertahan ini membuat sulit untuk membuat potret yang definitif dan tidak memihak dari Cleopatra yang 'asli'.
Cleopatra pertama kali masuk catatan sejarah melalui karya-karya penulis Romawi seperti Plutarch, Cassius Dio, dan Appian.
Kisah-kisah ini ditulis setidaknya satu abad setelah kematiannya dan terutama berfungsi untuk mengabadikan propaganda Romawi.
Wanita Penggoda
Cleopatra digambarkan sebagai penggoda eksotis yang licik yang memanipulasi pria Romawi yang kuat, seperti Julius Caesar dan Mark Antony untuk keuntungan politiknya sendiri.