Diceritakan saat itu Nyi Rambut Kasih mewanti-wanti kepada para Senopati dan rakyatnya, bahwa akan datang seorang yang tegap dan akan merubah keyakinan rakyatnya kepada kerajaan Panyidagan.
Keyakinan tersebut akan berubah saat kerajaan Panyidangan sudah tidak dipegang oleh Nyi Rambut Kasih dan para pengikut setianya.
Oleh karena itu, Nyi Rambut Kasih sebagai seorang ratu memerintahkan para senopati untuk menangkap siapa saja yang memasuki perbatasan.
Berikut kelanjutan legenda Nyi Rambut Kasih asal Majalengka:
Namun, dia segera berhenti dengan tenang dan bertanya kepada mereka mengapa dia diperlakukan seperti itu.
Jangan lupa jelaskan siapa dia, dari mana asalnya dan untuk apa dia datang. “Jadi mohon dimaafkan kami semua. Kami salah sangka,” Patih Gedeng Cigobang kemudian melangkah maju dan berkata jujur.
"Tidak ada apa-apa. Tadi malam kita juga berprasangka buruk terhadap para pembela negara ini. Jadi kami lari demi hidup kami dan akhirnya menimbulkan masalah, tuan dan nyonya.”
“Untuk ini mohon maaf sebesar-besarnya kepada kami,” kata Pangeran Muhamad.
Seketika kedua belah pihak saling memaafkan kesalahan masing-masing.
Dan Pangeran Muhamad akhirnya dipersembahkan kepada Ratu Nyi Rambut Kasih dengan penuh penghormatan.
Sesampainya di istana, Pangeran Muhamad dan istrinya langsung dipersilakan duduk di ruang tamu. Ki Patih Gedeng Kulur dan Ki Patih Gedeng Mardapa menemaninya.
Sementara itu, Ki Patih Gedeng Cigobang sendiri pergi menemui sang putri untuk memberitahukan kedatangannya.
Sri Ratu Rambut Kasih yang sudah lama menunggu kabar dari ketiga gubernur kepercayaannya, segera keluar menyambutnya.
“Paman Patih Cigobang, apa kabar? Apakah ayahmu menyelesaikan tugasnya dengan baik?” dia bertanya dengan tidak sabar.
"Ampun Tuanku Paduka Ratu. Berkat restu Paduka Ratu, dan juga berkat bantuan rakyat serta abdi-abdi kerajaan.
Tugas hamba bertiga telah berhasil menemukan kembali orang yang kita cari- cari itu. Sekarang orangnya ada di depan, ditemani Patih Kulur dan Patih Mardapa," unjuk Patih Cigobang.