Tapi siapa Cleopatra yang sebenarnya, dan mengapa orang-orang sangat tidak setuju tentang siapa dia sebenarnya?
Cleopatra VII Philopator (69 SM – 30 SM) adalah firaun aktif terakhir di sejarah Mesir Kuno dan anggota dinasti Ptolemeus, sebuah keluarga keturunan Makedonia yang memerintah Mesir setelah kematian Alexander Agung.
Kisah hidup Cleopatra, ratu Mesir kuno, masih memukau penonton. Buku ini akan memaparkan kisah hidupnya dan analisa penulisnya.
Pada paruh pertama buku ini, saya sedikit kecewa karena gaya bercerita penulisnya tidak jauh berbeda dengan buku Cleopatra yang pernah saya baca sebelumnya karya Duane W. Roller.
Mungkin jika penulis memilih menggunakan kalimat yang sederhana dan efektif, saya akan lebih menikmati membaca buku ini. Entah terjemahannya bagus atau tidak, terkadang enak dibaca, tapi sebagian besar kalimat dalam terjemahan ini membuat saya cemberut.
Plotnya menjadi lebih menarik setelah kematian dramatis Julius Caesar. Terbentuknya tiga serangkai antara Marc Antony, Oktavianus, dan Lepidus membawa Antony ke pelukan Cleopatra, yang sebelumnya adalah simpanan Caesar.
Penulis memberikan gambaran menarik tentang inovasi Cleopatra saat pertama kali bertemu Caesar dalam karung yang digulung. Atau kesenjangan modern dan budaya antara penduduk Roma dan kota Alexandria, ibu kota Mesir, yang pada masa Cleopatra merupakan kota megalopolis, termaju di dunia dan terkenal dengan perpustakaannya yang terbesar di dunia.
Lahir di Alexandria, Cleopatra adalah seorang penguasa berpendidikan tinggi dan cerdas, terampil dalam diplomasi, politik, dan bahasa.
Cleopatra awalnya berbagi takhta dengan adik laki-lakinya Ptolemeus XIII, yang dinikahinya sesuai adat Mesir.
Namun, perebutan kekuasaan antara saudara kandung tersebut mengakibatkan Cleopatra terpaksa diasingkan.
Pada tahun 48 SM, dia mencari dukungan dari Julius Caesar, seorang jenderal Romawi yang kuat, untuk mendapatkan kembali tahtanya.
Dengan bantuan Caesar, dia mendapatkan kembali kekuasaannya, dan saudara laki-lakinya dikalahkan dan ditenggelamkan di Sungai Nil.
Cleopatra dan Julius Caesar memiliki seorang putra bersama, Caesarion, tetapi setelah pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM, dia bersekutu dengan jenderal Romawi lainnya, Mark Antony.
Hubungan mereka romantis dan politis, dan mereka memiliki tiga anak bersama.
Namun, aliansi mereka membuat marah Senat Romawi, khususnya Oktavianus (kemudian dikenal sebagai Augustus), yang menyatakan perang terhadap pasangan tersebut.
Dalam Pertempuran Actium pada 31 SM, pasukan Oktavianus mengalahkan pasukan Cleopatra dan Mark Antony.