Pemerintah Indonesia mengambil sikap optimistis dengan Menteri Luhut yang mendukung kuat kepatuhan terhadap standar ESG sambil menyambut investasi asing.
Namun, para pemangku kepentingan seperti Direktur Adie Rochmanto Pandiangan dari Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kementerian Perindustrian, masih menunggu detail dan jaminan lebih lanjut dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait spesifikasi investasi.
Industri tekstil di Indonesia telah menunjukkan ketahanan meskipun tantangan.
Investasi dalam sektor ini terus meningkat, dengan kontribusi yang signifikan bagi ekonomi nasional.
BACA JUGA:PKS Siap Keluarkan Keputusan Calon yang Bakal di Usung untuk Pilkada Kota Pagaralam 2024
Antara tahun 2022 dan 2023 saja, investasi dalam tekstil, pakaian jadi, kulit, dan barang terkait meningkat dari Rp24,6 triliun menjadi Rp27,9 triliun.
Triwulan pertama tahun 2024 juga melanjutkan tren ini dengan investasi mencapai Rp6,9 triliun.
Tantangan dan Peluang
Meskipun investasi asing menjanjikan pertumbuhan ekonomi, tantangan tetap ada.
BACA JUGA:Lionel Messi dan Argentina Menghancurkan Pertahanan Kanada di Copa America 2024
Produsen lokal dan asosiasi industri telah mengungkapkan kekhawatiran terkait menjaga daya saing, terutama menghadapi potensi impor dengan harga lebih murah dari pabrik China yang direlokasi.
Redma G. Wirawasta, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), menyoroti rencana lama Tongkun Group Co Ltd, produsen bahan baku tekstil terkemuka, untuk mendirikan operasi di Indonesia. Namun, realisasi rencana ini belum sepenuhnya terwujud.
Kesimpulan
Investasi yang diusulkan oleh raksasa garmen China merupakan momen penting bagi industri tekstil Indonesia.
BACA JUGA:Masyarakat Kelurahan Bumi Agung Diminta Manfaatkan Pekarangan untuk Ketahanan Pangan
Jika dikelola dengan efektif, investasi ini dapat merangsang penciptaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan ekspor, dan berkontribusi pada ketahanan ekonomi.