Sementara itu, para saksi melaporkan adanya penembakan besar-besaran di Rafah bagian timur dan tengah.
“Sejak dini hari hingga pagi ini, tembakan udara dan artileri tidak berhenti sedetik pun,” kata seorang warga Rafah Barat yang enggan disebutkan namanya.
"Ada sejumlah besar penembak jitu tentara pendudukan (Israel) di gedung-gedung tinggi yang memantau seluruh wilayah Tal al-Sultan dan situasinya menjadi sangat berbahaya," tambah warga tersebut.
BACA JUGA:Semua Mata Tertuju pada Rafah: Solidaritas dengan Palestina di Tengah Agresi Israel
Reporter mengatakan ada juga penembakan dan tembakan oleh tentara Israel di Kota Gaza, di bagian utara wilayah tersebut.
Menurut PBB, hingga 1,4 juta orang dievakuasi ke kota sebelum serangan Rafah dimulai.
Sejak itu, satu juta orang telah dievakuasi dari daerah tersebut, kata badan pengungsi Palestina PBB UNRWA.
Penutupan perbatasan Rafah yang dilakukan Israel semakin menunda pengiriman bantuan sporadis kepada 2,4 juta penduduk Gaza.
BACA JUGA:Tak Hanya Yordania, Mesir Kutuk Serangan Israel, Warga Sipil Jadi Target Bombardir Rafah
Yang lebih serius lagi, tindakan ini secara efektif menutup pintu keluar utama menuju area tersebut.
Israel mengumumkan minggu lalu bahwa pengiriman bantuan telah meningkat.
Namun Blinken mengakui pada hari Jumat bahwa situasi kemanusiaan adalah “bencana besar.”
Meskipun ada upaya AS untuk memberikan lebih banyak bantuan. PBB melaporkan 37 warga Palestina meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi.
Kematian terkini adalah bayi dan anak-anak di Palestina. Surat kabar resmi Mesir Al-Kahera News melaporkan bahwa pembicaraan antara pejabat Israel dan AS akan diadakan di Kairo.
BACA JUGA:Akui Palestina Negara Otojom, Venezuela Kutuk Genosida Israel
Minggu 2 Juni 2024 membahas pembukaan kembali perbatasan Rafah.