Upaya ini melibatkan pengecekan rutin ke penggilingan, pelaporan penyerapan gabah atau beras, serta monitoring ketersediaan stok melalui aplikasi yang ada di Kabupaten Sidrap.
Distribusi dan Ketersediaan Beras
Dari hasil monitoring yang dilakukan, terungkap bahwa produksi beras premium mencapai 60 persen, sementara beras medium mencapai 40 persen.
Produksi beras ini kemudian didistribusikan ke berbagai wilayah, termasuk Makassar, Papua, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
BACA JUGA:Mangkir Dua Kali, Bos Sriwijaya Air Terancam Dipanggil Paksa oleh Kejagung
Saat ini, stok yang tersedia di gudang mencapai 800 ton pecah kulit dan 30 ton beras premium siap jual.
Harga jual beras di penggilingan juga telah ditentukan, dengan harga beras premium sebesar Rp 13.200 per kilogram dan beras medium sebesar Rp 12.100 per kilogram.
Alat-alat yang dimiliki oleh penggilingan saat ini mampu mengeringkan hingga 150 ton dalam proses selama 17 jam, serta mengolah beras dengan kapasitas tampung 80 ton dalam waktu 16 jam.
Dampak El Nino dan Upaya Mitigasi
BACA JUGA:Jaga Integritas, Profesionalitas Pilkada di Kota Pagaralam secara Demokratis
El Nino adalah fenomena iklim yang terjadi ketika suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik ekuatorial menghangat lebih dari biasanya.
Fenomena ini membawa dampak luas, termasuk cuaca kering dan kurangnya curah hujan di berbagai wilayah, termasuk Sulawesi Selatan.
Akibatnya, produksi padi di daerah ini terganggu, mengakibatkan penurunan stok gabah dan beras.
Selain itu, banjir yang terjadi di Sidrap semakin memperburuk kondisi tersebut.
BACA JUGA:PKB Pagaralam Siap Menangkan Hj Hepy Safriani di Pilkada 2024
Banjir tidak hanya merusak lahan pertanian tetapi juga mengganggu proses distribusi dan penggilingan gabah menjadi beras.