Argumen di atas mengabaikan fakta adanya 'anak' Perpustakaan Alexandria yang disebut dengan Serapeum.
Oleh karena itu, ketika Mark Antony menghadiahkan begitu banyak gulungan kepada Cleopatra, gulungan tersebut bisa saja ditempatkan di Serapeum.
Hal ini juga berpotensi menjelaskan argumen lain yang mendukung Perpustakaan Alexandria yang masih ada setelah zaman Caesar.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Dibalik Kemegahan Istana Maimun yang Kini Dijadikan Museum Sejarah di Kota Medan
Seorang sejarawan bernama Didymus Chalcenterus hidup pada akhir abad pertama SM di Aleksandria.
Ia seorang penulis yang sangat produktif, konon menghasilkan ribuan karya. Beberapa pakar berpendapat bahwa ia memiliki akses ke perpustakaan untuk dapat melakukan hal tersebut.
Namun, keberadaan Serapeum menjelaskan hal ini dengan memuaskan. Tidak perlu disimpulkan bahwa Perpustakaan Alexandria tetap ada setelah Caesar membakarnya.
Kristiani membakar Perpustakaan Alexandria
Menurut beberapa sumber lain, disebutkan bahwa umat Kristen atau Kristiani dikaitkan dengan kehancuran terakhir Perpustakaan Alexandria.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Hingga Kebudayaan Suku Gayo Provinsi Aceh Tengah
Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa Serapeum hanyalah perpanjangan dari perpustakaan utama. Sumber-sumber kuno menggambarkan serangan besar terhadap Serapeum pada periode awal Kristen.
Foto : Sejarah museum alexandria.-Antara Kristiani dan Muslim, Siapa Pembakar Perpustakaan Alexandria-National geographic
Pada tahun 380 M, Kaisar Theodosius menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi.
Pada tahun 391, ia mengeluarkan dekrit yang melarang penyembahan dewa-dewa kafir di Aleksandria. Ini termasuk menghancurkan semua kuil kafir.
Theophilus, uskup Alexandria, memimpin serangan besar-besaran di Serapeum. Dia dan para pengikutnya menghancurkannya.
Beberapa sumber modern menyebutkan Serapeum tidak lagi berfungsi sebagai perpustakaan ketika hal ini terjadi.