Dan Tajuk yang dibangun Sunan Kalijaga ini digunakan oleh Ki Ageng Pemanahan untuk beribadah ketika waktu ibadah tiba.
Letak Tajuk berjarak sekitar beberapa ratus meter dari dari lokasi bertapa yang kini dikenal dengan sebutan Kembanglampir.
Kini Kembang Lampir juga menjadi tempat petilasan yang sering dikunjungi untuk berziarah Lambat laun, warga sekitar kemudian memanfaatkan Tajuk tersebut.
BACA JUGA:Jembatan Kota Intan. Sejarah dan Asal Usul Jembatan Tertua di Indonesia Peninggalan Compeni Belanda
Warga merawat peninggalan Sunan Kalijaga itu dari generasi ke generasi.
Dan pada zaman penjajahan Belanda kubah Tajuk sempat hilang.
Hilangnya kubah Tajuk berbahan tanah liat tersebut diakibatkan oleh perbuatan orang-orang Belanda.
Kubah hilang tanpa diketahui keberadaannya usai Tajuk dibakar oleh penjajah.
BACA JUGA:Uniknya Pajak dalam Sejarah Manusia, dari Urine hingga Janggut
BACA JUGA:Penemuan Zaman Kuno Sekarang Masih Kita Gunakan, Ternyata Sejarahnya Seperti Ini
Konon, ketika Belanda hendak menghakimi orang yang dianggap bersalah, setiap kali bersembunyi di dalam Tajuk selalu selamat.
Melalui mata-mata Belanda, barulah diketahui bahwa tempat persembunyiannya berada di dalam Tajuk.
"Sehingga agar Tajuk tidak digunakan oleh warga untuk bersembunyi maka dibakarlah Tajuk tersebut," ujarnya.
Saat hendak dibangun kembali, warga masyarakat tak lagi memiliki Kubah sebagai penutup atap.
BACA JUGA:Ini Alasan Mesopotamia Tempat Lahirnya Peradaban, Ternyata Begini Jejak Sejarahnya