Daerah-daerah ini akan mendapatkan perhatian khusus untuk memastikan produksi tetap berjalan dengan baik.
Bapanas juga akan menyediakan bantuan berupa mesin pendingin (cool storage) di daerah sentra produksi, sehingga produk hortikultura dapat disimpan dengan baik dan tidak cepat membusuk.
Budi Waryanto menilai bahwa dengan manajemen penanaman yang baik dan dukungan teknologi, dampak La Nina terhadap beberapa komoditas pangan dapat diminimalkan.
Hal ini diharapkan dapat menjaga kepastian stok dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat.
BACA JUGA:Pj Walikota Pagaralam Pimpin Rapat Koordinasi Penting untuk Pemberantasan Korupsi
Menurut prediksi BMKG, El Nino akan segera menuju masa netral pada periode Mei, Juni, Juli 2024, dan akan digantikan oleh La Nina yang diperkirakan muncul mulai Juli 2024.
Fenomena La Nina diperkirakan akan melemah setelah triwulan ketiga pada Juli hingga September mendatang.
Institute for Climate and Society (IRI) juga mengungkapkan prediksi yang serupa, menyatakan bahwa peluang terjadinya La Nina paling mungkin terjadi pada Juli-September 2024.
Dengan demikian, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi dampak La Nina yang dapat mempengaruhi produksi pangan dan kesejahteraan masyarakat. *