PAGARALAMPOS.COM - Bagi Anda yang tinggal di Pontianak, mungkin tahu berbagai cerita tentang asal usul nama kota ini.
Anda mungkin pernah mendengar salah satu cerita paling terkenal tentang asal usul kota Pontianak, yaitu kisah hantu aneh Kuntilanak dan pohon Punti.
Pada tanggal 24 Rajab 1181 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 23 Oktober 1771 M, rombongan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie membabat hutan di pertemuan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas untuk membangun sebuah kamar dan rumah untuk ditinggali dan tempat.
Pontianak, ibu kota provinsi Kalimantan Barat, tidak hanya merupakan kota modern yang berkembang pesat tetapi juga kaya akan sejarah dengan banyak fakta menarik dan legenda kuno.
BACA JUGA:Misteri Satrio Wirang dan Ramalan Gunung Slamet: Legenda dalam Lipatan Sejarah Kerajaan Kediri
BACA JUGA:Tak Disangka, 5 Fakta Sejarah Unik Ini Pernah Terjadi di Dunia
Mari kita selami jejak sejarah Pontianak, kota yang terletak di tepi Sungai Kapuas.
1. Awal Mula Nama Pontianak
Nama Pontianak konon berasal dari kata "ponti" yang berarti jembatan dan "anak" yang berarti anak atau keturunan. Sebuah legenda lokal menceritakan kisah seorang wanita hamil yang meninggal saat akan menyeberangi sungai. Dikatakan bahwa rohnya tetap di sekitar jembatan, dan dari sinilah nama Pontianak muncul.
2. Jejak Kesultanan Pontianak
BACA JUGA:Menenal Sejarah Bharatayudha: Kisah Perang Antar Saudara Pandawa dan Kurawa yang Melegenda
BACA JUGA:Eksplorasi Misteri Sejarah di Bukit Payung, Mengungkap Jejak Purba di Kaki Gunung Sumbing
Kesultanan Pontianak didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie pada tahun 1771. Kesultanan ini memiliki peran penting dalam sejarah Kalimantan Barat dan berkontribusi pada perkembangan kawasan tersebut. Istana Kadriyah, yang dibangun pada abad ke-18, menjadi simbol kebesaran kesultanan ini.
3. Tepian Sungai Kapuas dan Perdagangan
Sungai Kapuas memainkan peran sentral dalam sejarah Pontianak. Sebagai salah satu sungai terpanjang di Indonesia, Kapuas menjadi jalur perdagangan yang vital, membuka Pontianak untuk berinteraksi dengan berbagai suku dan bangsa, termasuk Tionghoa, Melayu, dan Dayak.