Kapal Palembang itu diadang oleh kapal Kompeni. Kompeni mendapat dukungan dari Banten.
BACA JUGA:Adakadabra! Inilah 4 Kitab Sihir Paling Tua Dalam Sejarah Dunia yang Pernah Ditemukan
BACA JUGA:Kekayaan Budaya Pulau Yap, Sejarah dan Makna Batu Rai sebagai Mata Uang Tradisional
Banten tidak senang melihat keakraban Palembang-Mataram. Tiga kapal Palembang yang menyusul ke Mataram juga diadang oleh kapal Kompeni.
Belanda ingin memomopoli komoditas merica di Palembang. Maka, Palembang akan senang Kompeni jika ada loji Kompeni di Palembang daripada loji Inggris.
Inggris pada 1636 sudah akrab dengan Mataram. Saat itu, Palemang sudah condong merapat kepada Kompeni.
Untuk tujuan pembangunan loji itu, Raja Palembang mengirim surat berikut berbagai hadiah kepada Kompeni di Batavia. Surat dan hadiah itu dititipkan dengan menggunakan kapal Kompeni.
BACA JUGA:Adakadabra! Inilah 4 Kitab Sihir Paling Tua Dalam Sejarah Dunia yang Pernah Ditemukan
Raja Palembang tak berani mengirimkan kapal utusan ke Batavia. Rupanya takut jika Sultan Agung mengetahuinya.
Sultan Agung merasakan perubahan sikap Palembang. Karenanya, pada Agustus 1636 Sultan Agung mengirim utusan ke Palembang.
Utusan itu berangkat dengan dua kapal perang dan delapan kapal kecil yang bisa masuk Sungai Musi. Sultan Agung memerintahkan utusan itu tinggal di Palembang sampai November 1636.
Datangnya seorang utusan dengan dua kapal perang dan delapan kapal kecil itu sangat mengesankan bagi Palembang. Itu karena Palembang telah menganggap Mataram sebagai negeri yang kuat dan ditakuti.
BACA JUGA:Penemuan Arkeologis di Inner Mongolia, Cangkang Naga yang Mengungkap Sejarah Budaya Hongshan
BACA JUGA:Desa Bejijong, Tempat Bersejarah yang Membawa Kembali Kehidupan dan Kebesaran Majapahit
Belum cukup dengan kehadiran dua kapal perang dan dua kapal kecil dari Mataram. Kedatangan kapal-kapal dari Jambi tak menghilangkan perasaan waswas Palembang, sebab orang-orang Jambi juga takut kepada armada Mataram.