: Arkeolog Temukan Situs Kuno Berusia 30 Ribu Tahun Bukti Kehidupan Zaman Batu

Selasa 21-05-2024,18:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Para arkeolog dari Freie Universitat Berlin yang berkolaborasi dengan tim internasional, berhasil menemukan situs bersejarah berupa benteng dari masa prasejarah.

Benteng ini disebut sebagai yang tertua di dunia karena bagian dari masyarakat ribuan tahun lalu.

Benteng tersebut ditemukan oleh arkeolog di wilayah terpencil di Serbia. Temuan ini membantu peneliti mengungkapkan tentang bagaimana masyarakat purba membangun struktur pertahanan yang kompleks.

Bangunan kuno juga menunjukkan bahwa manusia mulai membangun pemukiman dengan struktur yang kompleks ketika munculnya periode pertanian.

BACA JUGA:Sosok Firaun Menkaure dalam Sejarah Mesir Kuno

BACA JUGA:Eksplorasi Kebudayaan dan Sejarah Kesultanan Deli di Sumatera Utara

Sacsayhuamán, sebuah situs suci yang terletak di Pegunungan Andes, Kota Cusco, menyimpan misteri yang belum terpecahkan. 

Dikenal sebagai bekas ibu kota Suku Inca, situs ini menarik perhatian para peneliti karena kemungkinan adanya prasasti tersembunyi yang berusia 30.000 tahun, yang dapat merevolusi pemahaman kita tentang zaman batu dan sejarah dunia.

Salah satu teori yang paling menarik diajukan oleh Dr. Derek Cunningham, seorang penulis dan peneliti yang teorinya tentang Sacsayhuamán telah memicu kontroversi. 

Dr. Cunningham mengusulkan bahwa sudut-sudut batu Sacsayhuamán mungkin memberikan wawasan tambahan tentang pengetahuan astronomi kuno Suku Inca.

BACA JUGA:Mengenal Peradaban Zaman Megalitikum, Jejak Prasejarah yang Menyimpan Warisan Budaya

BACA JUGA:Zubair Bin Awwam: Teladan Keberanian dan Kesetiaan dalam Sejarah Islam

Menurut Dr. Cunningham, pola sudut batu di Sacsayhuamán mungkin terkait dengan jenis tulisan geometris yang didasarkan pada pergerakan bulan dan matahari, yang telah ada sejak 30.000 tahun yang lalu. 

Ia berpendapat bahwa sudut-sudut ini mencerminkan nilai astronomi yang digunakan untuk meramalkan gerhana serta penjajaran astronomi antara matahari, bulan, dan bumi.

Lebih lanjut, Dr. Cunningham menghubungkan temuan ini dengan pola astronomi yang teridentifikasi di tempat-tempat lain di dunia, seperti gua-gua Lascaux dan Chauvet di Eropa, tulang hitung Ishango di Afrika, dan batu yang diukir di Situs Paleolitik Shuidonggou di Cina. 

Kategori :