Pangeran Kalijaga ataken, 'Lho Si Anak napa sing dadi bubuhan andika?' Pangeran Wali Prakosa mangsuli, 'Kula kabubuhan saka satunggal'.
BACA JUGA:Sejarah: Perintah Puasa dan Keutamaan Berpuasa di Bulan Ramadhan
BACA JUGA:Menggali Warisan Belanda di Kabupaten Lebong, Tambang Emas dan Bangunan Bersejarah
Pangeran Kalijaga mangsuli malih, 'Heh Anak, kula kang badhe ambantu nggrabahi sarta ngalus'.
Nunten Wali kakalih wau enggal tumandang nyambut damel, sami mendet tatal.
Lajeng dipungulingaken kaping sakawan insya Allah ta'ala iman tokhid ma'ripat Islam, tatal dados blabag, kaelus nunten dados balok"
Artinya : Alkisah, Pangeran Kalijaga sedang bersemedi di Giri Mlaka, lantas bangkit dari pertapaan.
BACA JUGA:Menggali Warisan Belanda di Kabupaten Lebong, Tambang Emas dan Bangunan Bersejarah
Dalam sehari-semalam sampai di Demak. Lantas duduk di pancabrakan, bertemu dengan Pangeran Wali Perkasa.
Pangeran Kalijaga bertanya, : "Siapa gerangan dirimu?".
Wali Perkasa menjawab, "Saya yang dimintai tolong membuat Saka Tunggal".
Pangeran Kalijaga berkata lagi, "Hai, Nak, aku yang akan membantu menyerut dan mengukirnya"'.
BACA JUGA:Inilah Misteri Sejarah Candi Gedong Songo di Gunung Ungaran
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Makam Tersembunyi di Benteng Trade Solo
Kemudian kedua wali bekerjasama, bahu-membahu membuat tatal (serpihan kayu).