Selain budaya fisik, ritual adat yang masih bertahan hingga kini antara lain ritual Peusijuk, Mugan, Kenduri-Bulair, ritual Sawah Kurut, ritual Ryuhab, ritual Uloe Turak Bara, dan ritual Pan, Uli Kenduri.
Semua ritual tersebut memiliki keunikan dan tujuannya masing-masing. Peusijuek dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur karena menerima sesuatu sebagai hadiah.
Mugan merupakan tradisi penyembelihan hewan kurban setiap tiga tahun sekali dan dibagikan kepada sanak saudara.
BACA JUGA:Mistis, Menguak Misteri 4 Makam di Puncak Gunung Salak, No 1 Makam Seorang Sunan?
BACA JUGA:Catatan Sejarah! Kekuatan Majapahit Tak Sanggup Tundukkan Kerajaan Kecil Padjajaran
Kenduri Beureuat adalah pengajian malam Nisfu Syaban. Upacara Krut Sawa merupakan ritual yang dilakukan sebelum penanaman padi dimulai.
Rehabilitasi merupakan tradisi dimana ruangan yang ditempati oleh orang yang baru saja meninggal diubah menjadi ruang sakral selama beberapa hari.
Turak Bara, sesuai dengan namanya, merupakan kegiatan berdoa kepada Allah SWT agar menjauhkan manusia dari musibah yang terjadi di penghujung bulan Safar.
Kenduri Pan Uri merupakan perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yaitu Rabiul Awal, Rabiul Aqil dan Jumadil Ullah selama tiga bulan berturut-turut.
BACA JUGA:Tertarik Berwisata ke Hutan Pinus Yogyakarta? Catat Ini 6 Lokasinya!
BACA JUGA:15 Destinasi Wisata Terbaik di Palembang yang Tidak Boleh Dilewatkan!
Kebudayaan Aceh telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kekayaan budaya Indonesia.
Namun kebudayaan Aceh juga mengalami masa-masa sulit dalam perkembangannya, terutama pada saat terjadi konflik di provinsi tersebut.
Namun sejak berakhirnya konflik pada tahun 2005, kebudayaan Aceh telah pulih dan kini tetap terjaga dan dilestarikan.
Berdirinya museum di kota-kota Aceh menjadi bukti nyata pelestarian tersebut.