Aceh masih mempertahankan adat istiadatnya, khususnya pernikahan dan pemakaman.
Masakan Aceh juga sangat terkenal.
Masakan Aceh cenderung memiliki cita rasa yang kuat dan pedas melalui penggunaan bumbu-bumbu khas Aceh seperti lengkuas, kunyit, jahe, kapulaga, kayu manis, dan beberapa bumbu lainnya.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Uang, Dari Sistem Barter hingga Era Digital
BACA JUGA:Goresan Pilu Sejarah Dunia, Warga Palestina di Gaza Masih Khusuk Sholat Tarawih di Reruntuhan Masjid
Masakan khas Aceh yang terkenal antara lain mie aceh, nasi rasa, ayam tangkapan liar, dendeng aceh, sayur prik oo, gulai ikan sumilang, juluk durien, sambal berangong (kari kambing), sietik (kari bebek), dan lain-lain.
Selain budaya fisik, ritual adat yang masih bertahan hingga kini antara lain ritual Peusijuk, Mugan, Kenduri-Bulair, ritual Sawah Kurut, ritual Ryuhab, ritual Uloe Turak Bara, dan ritual Pan, Uli Kenduri.
Semua ritual tersebut memiliki keunikan dan tujuannya masing-masing.
Peusijuek dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur karena menerima sesuatu sebagai hadiah.
BACA JUGA:Catatan Sejarah! Kekuatan Majapahit Tak Sanggup Tundukkan Kerajaan Kecil Padjajaran
BACA JUGA:Kerajaan Tumapel, Menelusuri Konflik dan Ambisi dalam Sejarah Nusantara
Mugan merupakan tradisi penyembelihan hewan kurban setiap tiga tahun sekali dan dibagikan kepada sanak saudara.
Kenduri Beureuat adalah pengajian malam Nisfu Syaban.
Upacara Krut Sawa merupakan ritual yang dilakukan sebelum penanaman padi dimulai.
Rehabilitasi merupakan tradisi dimana ruangan yang ditempati oleh orang yang baru saja meninggal diubah menjadi ruang sakral selama beberapa hari.
BACA JUGA:Kerajaan Tumapel, Menelusuri Konflik dan Ambisi dalam Sejarah Nusantara