Istilah megalitikum berasal dari bahasa Yunani yang berarti batu (lithos) besar (mega). Pada zaman itu, manusia menghasilkan benda-benda yang terbuat dari batu, baik sebagai perlengkapan bercocok tanam, maupun untuk aktivitas ritual, seperti penguburan dan penyembahan.
Seperti yang dilansir Kemdikbud, Von Heine Geldern (1945) berpendapat bahwa tradisi megalitik di Indonesia terbagi menjadi dua periode
BACA JUGA:Sangat Mengagumkan, Desa Megalitikum di Indonesia Sangat Dikenal Mancanegara
Yaitu megalitik tua (2.500–1.500 SM) dan megalitik muda (1.500 SM sampai abad ke-1 M). Walaupun tradisi megalitik terbagi dua periode, tetapi kedua periode itu berlangsung bersama-sama pada masa megalitik muda.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa peninggalan megalitik Situs Pokekea termasuk dalam kedua periode tersebut.
Selain kalamba, Situs Pokekea yang terletak di atas bukit memiliki sebaran tinggalan megalitik yang cukup banyak dan beragam, seperti, tutup kalamba, arca batu, batu dakon, lumpang batu, meja altar, batu dulang, batu bergores, dan gerabah kubur.
Semua peninggalan megalitik tersebut terkonsentrasi hampir merata di atas dan di dalam tanah bukit Pokekea.
BACA JUGA:Tidak Hanya Wisata Alamnya, Ternyata Pagar Alam Menyimpan Situs Megalit Sebanyak Ini!
Di Indonesia, selain Poso, peninggalan megalitikum bisa ditemukan di Sumatra, Jawa, hingga di Nusa Tenggara Timur.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Sulawesi Tengah Faridah Lamarauna dan Koordinator Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi Sulawesi Tengah Haliadi Sadi menegaskan bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan peninggalan situs arkeolog khususnya megalit.
Yang terpenting adalah bagaimana agar kekayaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan riset dan pelestarian.
“Jika memang fakta riset menerangkan bahwa situs gunung padang adalah situs megalitikum tertua di Indonesia, maka hal tersebut tentunya merupakan kebanggaan bersama. Akan tetapi, perlu saya sampaikan juga bahwa situs megalitikum yang ada di Sulawesi Tengah itu diperkirakan berasal dari 3.000 tahun sebelum masehi. Untuk hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah akan membuktikannya melalui riset lebih mendalam lagi” jelas Faridah.
BACA JUGA:Fakta Menarik! Inilah Penemuan Situs Megalit di Gunung Padang Bukti Adanya Sisa-sisa Prasejarah
Untuk mengungkap lebih jauh mengenai usia dan potensi-potensi lainnya dari situs megalitikum yang ada di Sulawesi Tengah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Brida Provinsi, tengah melakukan riset penyusunan profil dan pemetaan situs megalitikum yang di empat lembah tersebut.
“Saya berharap riset yang kami lakukan dapat mengungkap fakta-fakta tentang megalitikum di Sulawesi Tengah, sekaligus tentunya dokumen yang dihasilkan dari riset tersebut dapat menjadi dukungan untuk penetapan situs megalitikum yang ada di Lembah Bada, Lembah Behoa, Lembah Napu, dan Lembah Palu dapat ditetapkan menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO," harap Faridah.
Mirip Arca Moai, Patung Raksasa di Pulau Pesisir Segitiga Bermuda