Maka, setelah Sultan Pajang Hadiwijoyo (Joko Tingkir) meninggal pada 1582, Pangeran Kediri ini mendatangi Pajang pada 1587, menuntut hak atas kekuasaan tertinggi sebagai raja.
Usaha Pangeran Kediri gagal. Panembahan Senopati yang memimpin Mataram berhasil mengacaukan kekuatan pasukan Pangeran Kediri yang menyerbu Pajang itu.
Keinginan menjadi raja tertinggi di Jawa inilah rupanya yang membuat Pangeran Kediri menolak permintaan bantuan dari Aceh untuk menyerbu Malaka. Ia takut Aceh akan menguasai Jawa jika Aceh atas bantuannya berhasil menaklukkan Portugis di Malaka.
BACA JUGA:Inilah Keunikan 5 Upacara dan Tradisi Adat Maluku yang Masih Dilestarikan
“Kejadian ini tentu dilihat oleh orang-orang Portugis sebagai ‘uluran tangan surga’ (obra divina); karena itulah De Couto menyajikan berita ini secara panjang lebar,” tulis De Graaf dan Pigeaud.
Penulis Portugis De Coute mencatat, pada 1564 Sultan Aladin Shah yang akan menyerbu Malaka meminta bantuan ke Demak. Namun, utusan Sultan Aceh itu malah dibunuh oleh Pangeran Kediri, karena tidak rela Aceh menang atas Portugis.
Maka, Portugis senang. Hal itu menunjukkan tertutupnya peluang bagi Aceh bersekutu dengan Demak untuk menyerbu Postugis.
Tersingkir oleh Mataram, pada 1587 Pangeran Kediri meminta bantuan ke Malaka untuk mengusir Maratam. Pada saat itu, Aceh sedang membuat perjanjian damai dengan Portugis di Malaka.
BACA JUGA:Keindahan Alam yang Tersembunyi, Inilah Destinasi Wisata Tuban yang Wajib Banget Kamu Kunjungi
Setelah Demak benar-benar runtuh, Ratu Kalinyamat di Jepara sudah mengambil peran penting. Ia menjadi sosok yang dituakan di keluarga kerajaan Demak yang tersebar.
Penulis-penulis Portugis juga menyebut peran Ratu Kalinyamat yang memerintah Jepara di Cerinhama. Posisi Cerinhama disebut berada dua pal di sebelah selatan dari Krasak, di sebelah barat jalan utama Kudus-Jepara.
Krasak berada di 10 pal dari Jepara. Satu pal setara dengan 1,5 kilometer.
“Perlu diingat bahwa huruf nh Portugis mempunyai bunyi konsonan yang sama dengan nj Belanda atau nja Jawa,” tulis De Locomotief.
Ceri dalam bahasa Portugis disebut sama dengan kali. Itu sebabnya, etnolog Belanda PJ Veth menyebut, yang dimaksud Portugis Cerinhama itu adalah Kalinyamat.
BACA JUGA:Candi Tertinggi Diatas Gunung! Ini Penemuan Peninggalan Majapahit Yang Menakjubkan Di Jawa Timur
Namun, ketika Belanda melakukan penelitian arkeologi pada 1910 dan 1930, pejabat Jepara dan penduduk Jepara tidak tahu-menahu lokasi keraton Ratu Kalinyamat. Padahal mereka fasih bercerita mengenai legenda Ratu Kalinyamat.