PAGARALAMPOS.COM - Pulau Enggano, yang terletak di sebelah barat pantai Provinsi Bengkulu, Indonesia, adalah rumah bagi suku bangsa yang dikenal sebagai Suku Enggano.
Pulau ini memiliki jumlah penduduk sekitar 12.000 jiwa, dengan populasi suku bangsa ini mencapai sekitar 6.000 jiwa.
Sejarah dan budaya Suku Enggano memiliki asal-usul yang menarik dan beragam.
Suku Enggano menyebut pulau mereka "cefu kakuhia", yang berarti "pulau besar", dan diri mereka sendiri disebut "E Lopeh".
BACA JUGA:Arti Nama 'Tanjung Sakti' di Kabupaten Lahat, Begini Sejarahnya Dari Abad ke-17 Hingga Era Modern
Nama "Enggano" berasal dari bahasa Cina, yang memiliki arti "Rusa Bertanduk."
Hal ini disebabkan gaya rambut khas wanita Enggano yang menonjol ke atas, mirip dengan rusa bertanduk.
Asal usul masyarakat Enggano memiliki beberapa versi, salah satunya mengatakan bahwa mereka berasal dari daratan Tiongkok.
Menurut sejarah, nenek moyang Suku Enggano tiba di pulau ini melalui jalur pelayaran yang panjang, mengikuti anak Sungai Mekhong dan anak Sungai Yang Tse Kiang di Tiongkok.
BACA JUGA:Suku Besemah, Suku yang Tinggal di Kota Pagar Alam dan Memiliki Identitas Budaya yang Kuat dan Khas
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan melewati Rangoon di Burma, menuju Indonesia melalui Pulau Andaman dan Pulau Nicobar di Teluk Benggala, lalu memasuki Pulau Nias, Mentawai, dan akhirnya mendarat di Pulau Enggano.
Salah satu episode menarik dalam sejarah pulau ini adalah saat pelaut Portugis datang dan merasa tertipu serta kecewa karena mereka mengira Pulau Enggano adalah Pulau Jawa.
Dalam sejarah, orang-orang dari dataran Sumatera zaman dulu sering menyebut pulau ini sebagai "Pulau Telanjang."
Makanan pokok suku bangsa Enggano meliputi ubi, keladi, pisang, kelapa, dan berbagai jenis binatang buruan seperti ikan, burung, dan babi.
BACA JUGA:Liburan Bebeda di PALI, Menjelajahi 4 Wisata Sejarah yang Cocok Akhir Pekan!