PAGARALAMPOS.COM - Gunung Dempo, sebagai gunung tertinggi di Pulau Sumatera, menyimpan berbagai mitos dan legenda yang masih dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Kepercayaan ini telah terbentuk turun-temurun dan menjadi bagian dari kehidupan dan budaya lokal. Berikut beberapa mitos dan legenda yang masih melekat kuat di Gunung Dempo.
1. Manusia Harimau
Mitos Manusia Harimau atau Inyek adalah salah satu kisah yang paling populer dan menarik di kalangan sekitar masyarakat Gunung Dempo.
Konon, Manusia Harimau bersemedi di gunung ini dan bertindak sebagai penjaga yang tidak mengganggu. Mereka hadir dalam wujud manusia, namun terkadang bisa menjelma menjadi Harimau Sumatera.
BACA JUGA:Kebudayaan Suku Aka yang Tak Masul Akal, Kok Bisa Seorang Bapak Menyusui Anaknya
Keberadaan Manusia Harimau ini meluas hingga ke berbagai wilayah di Provinsi Bengkulu. Masyarakat meyakini bahwa Manusia Harimau memberikan teguran kepada siapa pun yang melanggar aturan atau merusak lingkungan di sekitar gunung.
Selain itu, tarian ulu atau Silat Harimau, yang dipelajari secara sembunyi-sembunyi, juga merupakan bagian dari mitos ini.
Tidak semua orang dapat mempelajari ilmu ini, dan guru besar Silat Harimau dipercaya sebagai salah satu Manusia Harimau atau Inyek.
2. Larangan Naik Gunung Dempo bagi Anak Cucu Si Mata Empat dari Suku Lampung dan Suku Komering
Legenda ini mengisahkan tentang permusuhan antara Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat di tepi Danau Ranau.
BACA JUGA:Pesona Wisata Gunung Rinjani, Ini Beberapa Hewan Langka Yang Hidup Disana!
Si Pahit Lidah, juga dikenal sebagai Pangeran Serunting Sakti, kalah dalam pertarungan melawan Si Mata Empat dan mengutuk keturunan Si Mata Empat, yaitu anak cucu dari Suku Komering dan Suku Lampung, untuk tidak boleh naik ke Gunung Dempo.
Hingga saat ini, kepercayaan ini masih dipegang kuat oleh keturunan Si Mata Empat. Beberapa kasus hilangnya rombongan pendaki dari keturunan Suku Komering dan Suku Lampung dianggap terkait dengan kutukan tersebut.
Sebelum pendakian, para pendaki akan ditanyai tentang asal-usulnya, dan jika mereka keturunan Suku Komering atau Suku Lampung, mereka biasanya diminta untuk tidak mendaki Gunung Dempo atau harus didampingi oleh juru kunci atau warga setempat.