Namun, anak cucu keturunan Si Pahit Lidah dari Suku Basemah diperbolehkan untuk naik ke Gunung Dempo. Suku Basemah sendiri banyak terdapat di wilayah Sumatera Selatan bagian barat dan Bengkulu bagian Selatan.
BACA JUGA:4 Ban Motor Terbaik di Indonesia, Michelin, Dunlop, IRC, atau Bridgestone,Gus Ken Bang.
3. Keajaiban Adzan
Kepercayaan ini menyatakan bahwa para pendaki Gunung Dempo percaya bahwa suara adzan yang dikumandangkan dapat menyibak kabut tebal yang menghalangi pandangan.
Oleh karena itu, jika kabut tebal muncul, para pendaki akan segera mengumandangkan adzan. Dengan kepercayaan ini, mereka berharap bahwa kabut tebal akan segera menghilang dan memungkinkan mereka untuk melanjutkan pendakian dengan lebih baik.
4. Kayu Panjang Umur
Para pendaki Gunung Dempo juga mempercayai keberadaan kayu berumur panjang di puncak gunung. Kayu ini dipercaya memiliki umur yang panjang dan bentuk yang unik.
Namun, kayu ini sulit didapat, dan keberadaannya semakin berkurang karena banyak pendaki yang mengambilnya. Mitos ini menambah daya tarik Gunung Dempo bagi para pendaki, namun juga melemahkan karena dapat menyebabkan penurunan populasi kayu yang panjang umur.
BACA JUGA:Kapal Jung kerajaan Majapahit, Raja Lautan Abad ke-14, Pemersatu Nusantara Indonesia?
Dalam sejarahnya, beberapa pendaki berhasil mendapatkan umur kayu yang panjang, tetapi karena popularitasnya semakin meningkat, upaya konservasi dan pengawasan terhadap kayu ini semakin diperlukan untuk melindungi spesies ini dari kepunahan.
Mitos dan legenda yang masih dipercayai oleh masyarakat sekitar Gunung Dempo menambahkan aura mistis dan keunikan pada gunung tersebut.
Kepercayaan akan kehadiran Manusia Harimau sebagai penjaga gunung, larangan bagi keturunan Si Mata Empat untuk mendaki, keajaiban adzan dalam mengusir kabut, dan keberadaan kayu berumur panjang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah dan budaya lokal.
Dalam menjaga keberlangsungan Gunung Dempo dan keanekaragaman alamnya, penting untuk memahami dan menghormati kepercayaan sekitar masyarakat gunung ini serta melakukan upaya konservasi yang berkelanjutan.***