Cerita ini dimulai dari anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan bernama putri Rindu Bulan.
Putri ini terlibat asmara dengan seorang pemuda biasa di kerajaannya, yang membuat Raja Rejang Lebong marah. Raja memerintahkan enam anaknya untuk membunuh anak tersebut.
Namun, keenam kakaknya tidak tega melakukannya. Mereka membawa adik bungsunya ke pinggir sungai besar dan membuatkan sebuah rakit dari bambu yang dilengkapi beras dan ayam.
Sang putri kemudian mengarungi sungai selama setahun penuh. Selama perjalanan itu, terjadi perubahan menakjubkan, ayam yang dibawa berubah menjadi seekor elang, sedangkan beras yang dibawa tumpah dan berubah menjadi senggugu.
--
Setelah rakitnya diperbaiki, sang putri melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di pulau pagai di daerah padang. Di sana, ia diselamatkan oleh orang-orang setempat.
Putri Rindu Bulan kemudian menikah dengan anak raja dari kerajaan Pagai karena kecantikannya yang memikat.
Setelah beberapa waktu, putri tersebut bersama suaminya memutuskan untuk kembali ke Rejang Lebong.
Kisah inilah yang menjadi awal mula sungai Ketahun dan daerah yang diberi nama Ketahun, karena putri Rindu Bulan telah menjelajahi sungai tersebut selama setahun.
BACA JUGA:Suku-suku Unik yang Memelihara Tradisi Kuno dalam Era Modern
Selain itu, terdapat pula riwayat lain mengenai asal-usul istilah "Ketahun". Dahulu, saat orang Belanda masuk ke daerah tersebut untuk mengambil sumber alam yang ada, mereka menemui banyak harimau.
Oleh karena itu, mereka menyebut daerah itu sebagai "Kat Town". Seiring berjalannya waktu, ejaan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan setempat, dan daerah tersebut kemudian dikenal sebagai Ketahun.
Bahasa suku Pekal juga merupakan bukti percampuran antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang.
Saat ini, percampuran bahasa tidak hanya terbatas pada bahasa Minangkabau dan Rejang, melainkan juga mencakup bahasa-bahasa lain seperti Batak, Jawa, dan Bugis.