Si Mata Empat mempersilahkan Si Pahit Lidah untuk naik ke pohon aren terlebih dahulu.
Si Pahit Lidah lalu naik dan memotong tangkai buah aren yang berada persis di atas tubuh Si Mata Empat.
Tentunya Si Mata Empat dengan mudah bisa menghindar meski Si Pahit Lidah mencobanya sebanyak tiga kali.
BACA JUGA:Luar Biasa, Polri Didaulat Melatih Polisi Negara di Asia-Pasific Untuk Misi PBB
Karena si Mata Empat bisa melihat buah aren yang jatuh itu menggunakan sepasang matanya yang berada di belakang kepala.
Kini giliran Si Pahit Lidah yang tidur di bawah pohon aren, ia sudah merasa bahwa ajalnya telah dekat.
"Pahit lidah apakah kau sudah siap dengan kematianmu?” kata Si Mata Empat dengan sombongnya.
”Jangan banyak oceh! Cepat potong buahnya!” jawab Pahit Lidah.
BACA JUGA:Wah! Pendekar Si Pahit Lidah Ternyata Pernah Ke 6 Lokasi Ini, Daerah Kamu Ada Gak?
Dengan cepat Si Mata Empat memotong tangkai buah aren, sementara Si Pahit Lidah tak sempat menghindar.
Terdengar erangan kesakitan dari bawah pohon, Si Mata Empat melihat Si Pahit Lidah sudah bersimbah darah dan tak lama kemudian tewas dengan mengenaskan.
Si Mata Empat tertawa puas melihat nasib lawannya, apalagi kini terbukti bahwa dia adalah jawara terkuat di wilayah tersebut.
Namun melihat tubuh Si Pahit Lidah terkulai lemas di tanah, timbul rasa penasaran Si Mata Empat.
Ia berpikir apakah sebutan Si Pahit Lidah adalah benar karena rasa lidahnya yang pahit?
BACA JUGA:Keberagaman Suku di Papua, Mengenal Warisan Budaya yang Kaya dan Berwarna
Dikendalikan oleh rasa penasaran itu, tanpa sadar Si Mata Empat menyentuh lidah lawannya yang telah mati dengan ujung jari, lalu mengecapnya.