Masih banyak versi lain tentang cerita Si Pahit Lidah. Bahkan ada beberapa situs batu di Sumatera Selatan disebut masyarakat merupakan manusia yang menjadi batu akibat dikutuk Si Pahit Lidah.
Cerita petualangan Si Pahit Lidah ini berakhir setelah bertarung dengan Si Mata Empat.
Awal kisanya bermula saat Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat ini tidak mau saling mengalah.
Kedua orang ini sama sama ingin diakui sebagai orang yang paling sakti.
BACA JUGA:Petualangan Detektif Kondang, Hercule Poirot Kembali Menyapa Penggemarnya (02)
Padahal keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan, Si Mata Empat merupakan adik ipar Si Pahit Lidah.
Si Pahit Lidah dikenal memiliki kutukan yang mujarab. Apapun yang dia ucapkan akan menjadi kenyataan.
Sedangkan Si Mata Empat seperti namanya dia memiliki sepasang mata di bagian belakang kepala.
Suatu hari Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat membuat kesepakatan untuk menggelar pertarungan di tepi Danau Ranau kawasan Banding Agung.
BACA JUGA:5 Manfaat Berenang untuk Kesehatan Tubuh
Cara mereka mengadu kesaktian bukan dengan berkelahi adu fisik, tapi keduanya sepakat untuk tidur menelungkup di bawah pohon aren.
Kemudian bergantian memotong buah aren, siapa yang tertimpa oleh buah aren yang dijatuhkan, maka akan dianggap kalah sakti.
Sebelum pertarungan dimulai, keduanya sepakat untuk mengumpulkan kesaktian masing masing.
Tak disangka, kesempatan tersebut dimanfaatkan Si Mata Empat dengan berbuat licik agar bisa unggul dari Si Pahit Lidah.
BACA JUGA:Menparekraf Ajak Duta Besar Negara Sahabat Walking Tour dan Naik Transportasi Umum MRT
Setelah hari yang disepakati tiba, Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat bertemu di bawah pohon aren sesuai kesepakatan sebelumnya.