Sastra Tutur: Guritan Besemah yang Sebenarnya

Jumat 28-04-2023,12:58 WIB
Reporter : Pidi
Editor : BV

Satar mengakui, bila pendapatnya tentang guritan itu bisa berbeda dengan para penutur guritan di Pagaralam. Namun dia menyatakan, dirinya tidak khawatir. “Kita hanya mencoba untuk meluruskan pendapat orang banyak,” terangnya. 

BACA JUGA:Wajib Diketahui! Ini Sejarah Suku dan Budaya di Lahat

Sementara itu, akademisi peneliti guritan besemah, Dr Suhardi tak sependapat dengan Satar.

Suhardi menyatakan guritan yang berisi tema di luar sejarah masih merupakan guritan. 

“Masih disebut guritan. Iramanya khas, bahasa yang digunakan adalah Besemah,” ucap Suhardi, ketika dihubungi.

Memang, diakuinya, guritan di masa kini memang beda dengan zaman dulu yang banyak berisi khayali dan perjuangan.

Hal ini bisa dimaklumi karena sesuai dengan situasi saat itu. 

BACA JUGA:Sekilas Sejarah dan Budaya Kota Palembang

Sedangkan guritan di masa kini sudah berkembang menyesuaikan tradizi zaman sekarang.

“Ada semacam penyesuaian budaya dan politik dalam guritan masa kini,” tuturnya.

Kendati demikian, Suhardi menghargai pendapat Satar tersebut. Dia pun sudah mendengar pendapat seperti sejak dulu.

“Tak ada masalah dengan pendapat itu,” kata peraih doktor guritan dari Universitas Indonesia (UI) ini. 

BACA JUGA:Seni dan Budaya Penopang Sektor Pariwisata Pagaralam

Mencerdaskan Sekaligus Menghibur: Guritan rupanya bukan hanya bisa menghibur.

Guritan yang berisikan sejarah bisa mencerdaskan orang yang mendengarkannya.

“Melalui penuturnya, guritan menunjukkan seluk beluk sebuah negeri. Juga, bisa menghibur,” terang Satar.

Kategori :