Membongkar Kekayaan Tradisi Lisan Masyarakat Besemah, Menggali Kearifan Turun Temurun yang Tidak Tergoyahkan

Membongkar Kekayaan Tradisi Lisan Masyarakat Besemah, Menggali Kearifan Turun Temurun yang Tidak Tergoyahkan

Membongkar Kekayaan Tradisi Lisan Masyarakat Besemah, Menggali Kearifan Turun Temurun yang Tidak Tergoyahkan - Foto: Dok. Aryo for Pagaralampos.com/INTERAKSI: Proses penyampaian petata petiti dilakukan secara turun temurun. --

PAGAR ALAM, PAGARALAMPOS.COM - Peneliti sejarah dan budaya Besemah, Aryo Arung Binang menyebut petata-petiti dengan istilah 'pesan-pesan berantai'.

Alasannya, Aryo beragumen, karena petata-petata ini merupakan tradisi lisan yang disampaikan secara turun temurun dalam masyarakat Besemah.

“Dari orang tua disampaikan kepada anak dan cucu begitu seterusnya,” tulis Ayo dalam Pesan Berantai yang Mulai Dilupakan, seperti dikutip Pagaralam Pos, beberapa waktu lalu.

Petata-petiti Aryo melanjutkan, berisi tentang keharmonisan hidup di dalam bermasyarakat. 

BACA JUGA:Banyak Yang Belum Tahu! Ternyata Begini, Sejarah Menyebarnya Pemukiman Penduduk di Kota Pagar Alam

Selanjutnya dituangkan dalam bentuk larangan dan perintah. 

Tujuannya untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Karenanya apabila dilanggar, menimbulkan malapetaka, kesengsaraan.

Pendek kata akan ada konflik bila petata-petatiti itu dikesampingkan. 

Hal inilah yang membuat petata-petiti, Aryo menambahkan, kerap disebut dengan hukum adat. “Ada juga yang menyebutnya sebagai pesan leluhur,” ujarnya.

BACA JUGA:Kuliner Besemah Kini Tinggal Nama, Nasi Ibat Kalah Dengan Nasi Kotak

Aryo berpandangan, adanya petata petitu itu menandakan bahwa sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama sudah diajarkan sejak dulu dalam masyarakat Besemah. 

Budaya ini kata dia, juga diakui dan dihormati sebagai kesatuan masyarakat hukum adat dalam UUD 1945 pasal 18 B ayat 2.

Sayangnya, Aryo khawatir pesan berantai ini sekarang sudah mulai dilupakan. Indikatornya, sudah jarang digunakan dalam masyarakat. 

“Kemungkinan karena faktor westerinisasi. Menganggap budaya sendiri kuno, ketinggalan zaman,” ujar Aryo tentang penyebab petata petiti mulai terlupakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: