Begini Cerita Kepala SD Muhammadiyah 1 Surakarta Menerapkan PSP

Minggu 29-01-2023,09:45 WIB
Reporter : Bodok
Editor : Bodok

BACA JUGA:Polsek PAU Ambil Langkah Pencegahan Karhutla

Tahun lalu, kegiatan hanya dilakukan di sekolah. Sedangkan tahun ini dilaksanakan di Monumen Pers Nasional pada 16—17 Januari 2023. Peserta didik kelas 1, 2, 4, dan 5 melakukan pameran terkait upaya mereka menyikapi isu gaya hidup berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan.

Isu ini menurutnya sangat relevan agar siswa menyadari pentingnya menciptakan kehidupan manusia yang lebih nyaman di masa-masa mendatang.

“Kami menampilkan karya anak-anak. Harapan kami gaya hidup berkelanjutan ini isu yang sangat penting bagi anak-anak dan masyarakat di lingkungan sekolah karena ini menentukan kelangsungan hidup kita. Kami ingin proses dan hasil karya anak disaksikan oleh seluruh masyarakat di Surakarta,” jelas Sri yang senang bisa berkolaborasi dengan Museum Pers untuk membawa anak-anak berkunjung ke museum.

Pada semester depan, sekolahnya akan mengangkat tema “Rekayasa Teknologi untuk Mempersatukan NKRI”. Tema ini dilatarbelakangi dorongan agar peserta didik saling berkolaborasi dengan rekan-rekannya memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan banyak orang.

BACA JUGA:Palembang Banyak 'Kerete', Ini Pesan Dato Sulaiman kepada Pemoge

“Kami mengajak anak-anak menggunakan teknologi untuk mendekatkan saudara-saudara sebangsa yang ada di Sabang sampai Merauke, entah itu kegiatan belajarnya, budayanya, maupun praktik-praktik baik bisa diadopsi,” jelas Sri.  

Membangun Komunitas Kamisan

Sri Sayekti mengakui bahwa sebagai Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, pelaksanaan PSP baginya merupakan tantangan tersendiri. Tantangan yang ia hadapi adalah jumlah guru yang besar yakni 43 guru. Oleh karena itu, ia melakukan cara khusus untuk menyiasatinya.

“Saya harus selangkah demi selangkah membawa guru satu per satu untuk membentuk pemahamannya terkait PSP dimulai dari para guru kelas,” ungkapnya.

BACA JUGA:Wajib Tahu! 7 Etika Dalam Berkomunikasi Di Grup WhatsApp

Sebagai langkah awal, ia mengatur ulang waktunya dengan baik agar seluruh guru mendapat pemahaman yang sama dan komprehensif. Kesempatan ini juga menjadi ajang bagi sesama guru untuk saling belajar.

Misalnya, guru dengan kemampuan TIK yang kurang bisa dibantu oleh guru lain yang keahlian IT-nya lebih mumpuni.

“Pengaturan waktunya mesti tertata agar semua guru bisa didampingi. Penting bagi saya untuk bisa berada di dekat guru saya. Apalagi guru senior kami semangat belajarnya, baik, dan tidak rewel,” katanya seraya bersyukur karena proses tersebut telah berjalan dengan lancar.

Sri Sayekti menyadari bahwa dirinya adalah sosok pemimpin dalam proses pembelajaran. Untuk itu, ia selalu berusaha untuk mendampingi guru selama melaksanakan pelatihan. Tak hanya para guru, Sri mengatakan bahwa ia pun turut belajar.

BACA JUGA:Prevalensi Stunting di Indonesia Turun Jadi 21,6%

Kategori :