PAGARALAM POS, Pagaralam – Hingga kini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagaralam belum memiliki Kajian Resiko Bencana (KRB). Padahal, dokumen KRB ini, bisa dijadikan sebagai acuan bagi stakeholder terkait, dalam mengantisipasi resiko, penanganan hingga dampak bencana.
“Untuk pembuatan dokumen KRB ini, sebelumnya telah kita ajukan dan masukan di pengajuan tahun 2023. Belum adanya KRB tersebut, menjadikan kita belum bisa melakukan pemetaan mana daerah yang paling rawan bencana,” demikian dikatakan Kepala BPBD Kota Pagaralam, Jon Hasman, saat memimpin giat rapat Penyusunan Dokumentasi Rencana Kontigensi Gunung Api Dempo, kemarin. Jon Hasman menambahkan, dengan belum adanya dokumen KRB ini, tentu saja belum sinkron apa yang menjadi pembahasan, dalam penyusunan dokumentasi rencana kontigensi Gunung Api Dempo. “Karena kita belum memiliki peta potensi bencana. Makanya, kita minta bantuan ke BPBD Provinsi Sumsel, kalau bisa dianggarkan untuk pembuatan peta potensi bencana ini, mengingat biayanya cukup tinggi,” terangnya. Menanggapi hal ini, Kepala BPBD Provinsi Sumsel Iriansyah melalui Kabid Kesiapsiagaan Bencana Elbaroma menuturkan, jika pihaknya siap membantu, dalam pembuatan peta potensi bencana, serta dokumen KRB ini. “Kita dari Provinsi siap untuk membantu, dalam pembuatan peta KRB dan segala macamnya,” ungkapnya. Sementara, Kepala Pemnatau Gunung Dempo Megian Nugraha berharap, agar kedepan seluruh stakeholder di Pagaralam, bisa lebih aware atau waspada terhadap Gunung Api Dempo, memang kalau dari segi karakternya Gunung Api Dempo tergolong freatik. “Tapi, untuk diketahui dulu Gunung Sinabung di tahun 2010, karakternya juga freatik, tapi setelah tahun 2013 berubah menjadi karakter magmatik, sehingga begitu ada kejadian bencana Gunung meletus. Setidaknya, ada 36 Desa yang habis dan menelan ribuan korban jiwa,” paparnya. Dari sini, sambung Megian, tentu bisa diambil pelajaran, serta mengambil pengalaman dari pengamat Gunung Kelud, Jawa Timur. Betapa Pemerintah Daerah, stakeholdernya dan juga masyarakatnya, begitu kompak dan bekerjasama secara baik, sehingga tidak ada korban jiwa saat terjadinya letusan Gunung Kelud.“Begitu baik dan bagusnya, penanggulangan yang dilakukan pemerintah daerah di Jawa Timur itu, tidak ada korban jiwa saat Gunung Kelud di Kediri meletus. Nah, ini bisa menjadi contoh bagi kita, kendati memang kelihatannya sepeleh, kita juga harus harmonis dengan alam, kita juga harus tahu, ketika alam juga mengambil alih,” tandasnya. (Cg09/min2)