Sejarah Kelam Benteng Nassau: Dari Kekuasaan VOC hingga Tragedi di Banda Neira

PAGARALAMPOS.COM - Benteng Nassau termasuk salah satu peninggalan kolonial tertua di Indonesia yang menyimpan jejak panjang sejarah penjajahan.

Terletak di kota tua Naha, Pulau Banda Neira, Maluku Tengah, benteng ini didirikan oleh Belanda pada awal abad ke-17 sebagai bagian dari strategi penguasaan perdagangan rempah-rempah, terutama pala dan fuli.

Latar Belakang Sejarah

Pada abad ke-16 hingga ke-17, Kepulauan Banda menarik perhatian bangsa Eropa karena kekayaan rempah-rempahnya.

Meski begitu, usaha mereka untuk menguasai wilayah ini penuh tantangan akibat perlawanan masyarakat lokal dan keterbatasan logistik. Pada 1607, VOC mulai membangun Benteng Nassau untuk memperkuat kendali mereka di kepulauan Banda.

BACA JUGA:Sejarah Jembatan Cirahong: Ikon Peninggalan Kolonial di Perbatasan Tasikmalaya dan Ciamis!

Arsitektur dan Fungsi

Benteng ini dibangun di tepi pantai Banda Neira dengan posisi yang strategis menghadap laut, sehingga memudahkan pengawasan terhadap kapal-kapal dagang. Nama “Nassau” diambil dari House of Nassau, dinasti penguasa Belanda.

Bentuk benteng persegi panjang dengan bastion di beberapa sudutnya, terbuat dari batu karang dan bata. Meskipun ukurannya tidak terlalu besar, struktur ini cukup kokoh untuk menghadapi serangan musuh saat itu. Di dalam benteng terdapat barak tentara, gudang senjata, dan ruang tahanan.

Benteng Nassau menjadi simbol pendudukan Belanda yang agresif di Banda dan memiliki peran penting dalam sejarah kolonial.

Tragedi Pembantaian Banda

Benteng Nassau juga menjadi saksi peristiwa tragis “Pembantaian Banda” pada 1621. Ketika penduduk lokal menolak monopoli VOC dalam perdagangan rempah, Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memimpin ekspedisi militer untuk menundukkan mereka.

BACA JUGA:Sejarah Gunung Ciremai: Jejak Alam dan Legenda di Puncak Jawa Barat!

Benteng Nassau berfungsi sebagai markas operasi. Ribuan penduduk tewas atau ditangkap, sementara sebagian melarikan diri ke pulau-pulau sekitar. Peristiwa ini mengubah demografi Banda secara signifikan dan memperkuat kontrol VOC atas wilayah tersebut.

Sumber: