Sejarah Desa Sasak Sade dan Sasak Ende: Warisan Hidup Leluhur di Tanah Lombok!

PAGARALAMPOS.COM - Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata di Lombok, dua desa tradisional berhasil mempertahankan warisan budaya leluhurnya dengan teguh: desa Sade dan desa Ende.

Keduanya merupakan desa adat suku Sasak, kelompok etnis asli Pulau Lombok yang masih melestarikan gaya hidup, adat istiadat, dan arsitektur tradisional hingga saat ini.

Meskipun terpisah secara geografis hanya beberapa kilometer, Desa Sade dan Ende memiliki keunikan masing-masing dalam cara mereka menjaga jati diri budaya Sasak telah diwariskan secara temurun selama ratusan tahun.

Asal Usul dan Sejarah Singkat Desa Sade

BACA JUGA:Sejarah Desa Adat Wae Rebo: Warisan Leluhur di Atas Awan Flores yang Bertahan Melawan Zaman!

Desa ini dipercaya telah berdiri sejak lebih dari 600 tahun lalu, menjadikannya salah satu pemukiman tertua bagi masyarakat Sasak di Pulau Lombok.

Nama “Sade” diyakini berasal dari kata dalam bahasa Sasak yang berarti "kebersahajaan" atau "kesederhanaan".

Penduduk Desa Sade mempertahankan struktur sosial dan gaya hidup tradisional, termasuk cara bercocok tanam, membangun rumah, serta aturan adat yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.

Rumah adat di Desa Sade disebut Bale Tani, dibangun dari bahan-bahan alami seperti bambu, ilalang, dan tanah liat yang dicampur kotoran kerbau untuk menguatkan lantai.

BACA JUGA:Sejarah Tradisi Fahombo: Lompat Batu sebagai Simbol Keberanian dan Kedewasaan Suku Nias!

Meskipun terdengar unik, teknik ini terbukti membuat lantai rumah tetap sejuk dan bebas serangga.

Desa Ende: Jejak Asli Sasak Tanpa Sentuhan Komersial

Tidak jauh dari Sade, terdapat Desa Ende, yang oleh sebagian kalangan disebut sebagai “versi lebih otentik” dari desa adat Sasak.

Sumber: