Menelusuri Sejarah Gunung Trikora: Jejak Alam dan Kolonial di Punggung Papua!
Menelusuri Sejarah Gunung Trikora: Jejak Alam dan Kolonial di Punggung Papua!-net: foto-
PAGARALAMPOS.COM - Gunung Trikora merupakan salah satu Gunung tertinggi di Indonesia, berdiri megah di jajaran Pegunungan Maoke, Papua Pegunungan.
Dengan ketinggian sekitar 4.750 meter di atas permukaan laut, gunung ini bukan hanya menjadi ikon alam Papua.
Tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang berkaitan dengan ekspedisi kolonial, kehidupan suku-suku pegunungan, hingga perubahan lingkungan yang terjadi selama ratusan tahun.
Keindahan dan sejarah Gunung Trikora membuatnya menjadi salah satu puncak yang paling menarik dalam sejarah Indonesia Timur.
Pada masa kolonial Belanda, Gunung Trikora pertama kali dikenal oleh bangsa Eropa sebagai Wilhelmina Top, yang berarti “Puncak Wilhelmina.”
BACA JUGA: Menyelami Sejarah dan Budaya Jawa di Museum Ullen Sentalu!
Nama itu diberikan untuk menghormati Ratu Wilhelmina dari Belanda. Pada awal abad ke-20, wilayah pegunungan Papua masih dianggap misterius dan sulit dijangkau.
Hampir tidak ada peta pasti, jalur pendakian, ataupun catatan rinci mengenai kehidupan masyarakat asli di sekitar wilayah tersebut. Kondisi alam yang ekstrem membuat wilayah ini kerap disebut “tanah tinggi tersembunyi.”
Sejarah penting Gunung Trikora mulai tercatat pada tahun 1909–1913 ketika Belanda menggelar beberapa ekspedisi ilmiah besar untuk mengeksplorasi pedalaman Papua.
Salah satu ekspedisi terbesar adalah Ekspedisi Lorentz yang dipimpin oleh Hendrikus Albertus Lorentz.
Ekspedisi ini membuka jalan bagi dunia untuk mengetahui bahwa pegunungan Papua memiliki jajaran puncak yang diselimuti salju abadi—fenomena langka di wilayah tropis.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Rumah Lontiok: Peninggalan Budaya Nusa Tenggara Timur!
Gunung Trikora menjadi salah satu pusat perhatian penelitian, terutama karena lapisan es yang saat itu masih luas dan tebal.
Namun, perjalanan menuju puncak bukanlah hal mudah. Tantangan datang dari jurang terjal, cuaca ekstrem, hutan lebat, serta kondisi tanah berbatu yang licin.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
